Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Korea dan Gaya Menunggang Kuda ala Psy

Kompas.com - 28/09/2012, 06:14 WIB

Salah satu contoh industri kreatif Korea Selatan yang baru-baru ini mendunia adalah ”Gangnam Style” yang dipopulerkan oleh Park Jae-sang atau dikenal dengan Psy.

ria 34 tahu, berpipi tembam dan berpakaian perlente dengan kacamata hitam–seperti dalam videonya yang diunggah di situs Youtube–berhasil menjadi bintang hallyu lantaran menyanyi dengan gerakan seperti menunggang kuda sambil menghela tali kendalinya.

Sejak diunggah pada 15 Juli 2012, rapper dan aktor film lulusan Boston University dan Barkley of Music di Amerika Serikat itu, video klipnya

berhasil menembus angka fantastis lebih dari 150 juta penonton dalam waktu kurang dari dua bulan.

Tak heran jika Psy akhirnya masuk Guinness World Records sebagai video laris sepanjang massa. Angka itu menyisihkan video musik LMFAO dengan lagu ”Party Rock Anthem”, video musik ”Baby” yang dinyanyikan Justin Bieber serta ”Rolling in the Deep”-nya Adele.

Sejarah K-Pop

Psy telah menandai sejarah baru dalam dunia K-Pop Korea. Sebelumnya tak pernah ada bintang hallyu yang video klip-nya menembus angka lebih dari 150 juta pengunggah.

Bagi rakyat Korea, keberhasilan Psy sangat membanggakan. Apalagi mengingat bintang pop Amerika, Britney Spears, beserta putrinya penasaran dan ingin belajar langsung ”Gangnam Style” dari penciptanya itu. Psy diundang ke Amerika Serikat, khusus untuk mengajari Spears. Psy kemudian juga dikontrak Island Records, yang menangani Justin Bieber, untuk meniti karier barunya di dunia musik.

Namun, sambutan di Korea, ”Gangnam Style”, tampaknya tidak terlalu heboh. Dalam kunjungan 30 wartawan ASEAN yang mengikuti program ”Exchange Visit of ASEAN and Korean Media People”, pekan lalu di Seoul,

”Gangnam Style” tak terlalu dibesar-besarkan oleh Asean Korea Centre selaku penyelenggara acara meskipun isu hallyu menjadi topik populer selama kunjungan itu.

Bahan referensi yang dibagikan ASEAN Korea Centre hanya menyinggung video Psy dengan ”Gangnam Style”-nya merupakan video atraktif yang disaksikan oleh 220 negara–melebihi jumlah anggota Perserikatan Bangsa Bangsa yang 193 negara. Psy ditulis tengah membangun dunianya sendiri melalui Psy-World.

Kementerian Kebudayaan Korea juga hanya menunjuk ”Gangnam Style” sebagai salah satu sensasi internasional seperti yang diraih bintang hallyu lainnya. ”Ini hanya bagian dari sensasi K-pop seperti halnya Wonder Girls, yang menyanyi bahasa Inggris untuk pemirsa internasional,” ujar Menteri Kebudayaan Korea Choe Kwang-shik seperti dikutip dari Korea Times, Selasa (18/9).

Choe Kwang-shik lebih menekankan invasi hallyu harus dimanfaatkan dengan membangun sekolah bahasa Korea secara internasional di banyak negara. Maklumlah, tren hallyu juga mendorong ketertarikan turis mempelajari bahasa Korea setelah meniru busana, rambut, dan penampilan artisnya.

”Gangnam Style” sebagai fenomena baru Gelombang Budaya Pop Korea baru disinggung saat Kompas bertanya kepada Direktur Hallyu Tourism Team Korea Tourism Organization, Je Sang Weon, Rabu (19/9) lalu. ”Gangnam Style memang mengejutkan dan cukup fenomenal,” tandas Je Sang Weon sambil tersenyum.

Dalam percakapan dengan beberapa warga Seoul, gaya menunggang kuda– yang menjadi ikon Psy–memang membuat senyum geli. Bahkan, ada penjaga toko di Sangam-dong, Seoul, yang merasa malu saat dipraktikkan gaya Gangnam.

Video klip Psy yang mengalahkan pasar Amerika Serikat dan Eropa tampaknya menjadi kebanggaan. Namun, gaya Gangnam-nya sendiri dan kritik sosial yang dilakukan Psy lewat isi lagunya, tampaknya kurang disukai. Meski begitu, tampaknya orang Korea juga tak menolak Psy dengan ”Gangnam Style”-nya.

Gangnam sendiri sebenarnya nama sebuah distrik di selatan kota metropolitan Seoul yang banyak berdiri restoran dan salon. Banyak pria maupun wanita Korea, termasuk kalangan bintang hallyu, yang mempermak wajahnya melalui operasi plastik untuk mengubah penampilan dan citra dirinya. Dengan latar belakang itulah Psy menciptakan lagu, ia meledek konsumerisme selain berusaha mengembalikan citra diri orang Korea untuk belajar menerima apa adanya.

Latar belakang kelam

Psy sendiri tampaknya memiliki latar belakang kelam sebelum menjadi bintang populer Korea. Di kemudian hari, perusahaan ayahnya, yang memproduksi peranti lunak DI Corp di Korea ketiban rezeki mendapat keuntungan berlipat ganda sejak Psy populer dengan ”Gangnam Style”-nya. Park Won-ho, ayah Psy, adalah pemilik saham di perusahaan semikonduktor yang sahamnya di jual di bursa saham Korea. Sejak ”Gangnam Style” menjadi hits, kapitalisasi pasar saham perusahaan ayahnya diberitakan meningkat.

Semangat nasionalisme Psy pernah diragukan akibat ia mangkir dari wajib militer tahun 2003-2005. Psy pernah ditangkap dan dipaksa wajib militer kembali tahun 2007. Ia juga pernah ditangkap karena memakai ganja pada tahun 2001 dan didenda hingga 500 juta won atau setara dengan Rp 4,2 miliar.

Album lagu perdananya tahun 2001, pernah ditarik dari pasaran karena dinilai melanggar etika. Sedangkan album keduanya juga ditarik dari pasaran karena target pemasarannya tak sesuai dengan peruntukan videonya bagi anak-anak remaja yang belum dewasa. Video itu sendiri sebenarnya ditujukan untuk konsumsi dewasa.

Psy yang kini menjadi bintang hallyu ditangani sepenuhnya oleh agensi di Korea, YG Entertainment, yang juga menangani manajemen bintang hallyu lainnya, 2NE1 dan BIG BANG. Sebelumnya, ia pernah menangani sendiri video klipnya. Namun, hasilnya kurang memuaskan.

Impian yang tumbuh

Apakah ”Gangnam Style” merupakan bagian dari impian yang tumbuh di Korea sebagai salah satu produk kreatif industri untuk mewujudkan globalisasi hallyu? Jawabannya, ya.

Badan Produk Kreatif Korea (Korea Creative Content Agency/KOCCA) yang berperan memicu setiap produk kreatif industri di Korea memiliki komitmen untuk mewujudkan mimpi yang berkembang untuk membesarkan hallyu dalam skala dunia, termasuk ”Gangnam Style”.

”Mimpi dan imajinasi merupakan kunci untuk mencapai content dari kemajuan kelas dunia,” kata Presiden & CEO KOCCA Hong Sang-pyo, Rabu. Dengan peranannya, KOCCA berupaya menemukan talenta, menggali setiap tradisi untuk menghadapi tantangan dan mewujudkan blooming dreams.

Menurut Hong Sang-pyo, KOCCA bekerja untuk membangun dan mengolah setiap kisah dan memiliki imajinasi, harus bisa dihidupkan menjadi realita kehidupan lewat visualisasi. Untuk itu, KOCCA yang memproduksi film, cerita drama, musik, permainan, novel, dan animasi, benar-benar bekerja dan melayani industri kreatif Korea dengan mengemas budaya dan tradisi melalui pengembangan teknologi.

KOCCA melalui para penulis skenarionya juga menggali cerita dan kisah rakyat tak hanya di Korea, akan tetapi juga sejumlah negara yang memiliki akar budaya hampir sama dengan Korea. Misalnya, ke Thailand, Laos, dan Kamboja, untuk kemudian dikembangkan menjadi cerita drama dengan kemasan budaya pop dan tradisi-tradisi Korea.

”Dengan cara itulah, imajinasi dapat ditangkap dan dikembangkan dalam cerita serta visualisasi gambar yang bisa meningkatkan nilai tambah ekonomi kreatif di Korea. Setiap industri nantinya akan ditentukan oleh ekonomi kreatif, peningkatan pegawai, peningkatan ekspor, serta pengembangan pasar domestik,” papar Hong Sang-pyo.

Sementara menurut Executive Corporate Communication Departemen CJ E&M Roh Hye Yung–anak perusahaan dari CJ Grup, sebuah konglomerat yang bergerak di bidang hiburan, gaya hidup, dan makanan–industri kreatif harus ditopang dengan kesungguhan dan kerja keras.

CJ E&M tercatat sebagai perusahaan yang mendistribusikan produk-produk hiburan dan media di Korea. Mulai dari produk drama televisi, dialog, pertunjukan hiburan, konser, animasi, dan lainnya. Revenue yang diperoleh CJ Grup sendiri tercatat sampai 20 triliun dollar AS. Bidang hiburan dan media menyumbang 14 persennya. Selebihnya disumbang oleh anak perusahaan CJ Grup yang bergerak di bidang makanan dan layanan makanan, logistik, dan perbelanjaan, serta farmasi.

Saat ini, dengan hallyu yang merambah ke mancanegara, termasuk Indonesia, banyak bermunculan perwakilan perusahaan Korea untuk menangani tak hanya seni pertunjukan bintang-bintang hallyu, akan tetapi juga kunjungan turis dan jumpa fans di Korea. Dari data Pusat Kebudayaan Korea di Indonesia, saat ini tercatat ada 1.300 kantor cabang perusahaan Korea yang didirikan di Indonesia.

Keberadaan The Korea Arts Management Service, Korea Entertainment Producers Association, dan Visit Korea Committee, juga ikut melengkapi tekad tumbuh dan berkembangnya mimpi bangsa Korea agar hallyu menjadi kenyataan. (Suhartono)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com