Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Victoria Guzaili: Senyumnya Menebar Energi Positif

Kompas.com - 15/10/2012, 15:17 WIB

KOMPAS.com - Jakarta menjelang senja. Macet... cet. Victoria Novi Celia Guzaili terjebak di sana, di dalam Honda CRV hitam yang dia setir sendiri. Ia tersenyum di tengah kota yang mampat.

”Saya percaya senyum memberikan energi positif,” katanya.

” Daripada mengeluh, kita nikmati saja kemacetan ini,” ujar perancang muda, seniman rias atau make up artist itu,

Rabu (10/10). Dia mengakhiri kalimatnya dengan senyum berhias lesung pipit di pipi kirinya.

Victoria menyebut diri sebagai tipe gadis ceria. ”Apa pun persoalan yang menimpa diriku, aku berusaha tersenyum. Kadang orang bilang, kok kamu seperti enggak punya persoalan sih,” tambah gadis kelahiran Surabaya tahun 1984 itu

Itulah Victoria. Penuh senyum, ceria, dan keukeuh dalam pendirian. Lebih-lebih dalam mencapai tujuan hidupnya. Dalam perjalanan kariernya, ia pernah mencapai posisi sebagai manajer senior. Akan tetapi, ia keluar dari zona nyaman demi mengejar keinginan lama, yaitu menjadi penata rias. Sepanjang perjalanan menembus kemacetan itu, Victoria bercerita tentang ketertarikannya pada dunia tata rias.

”Kamu mungkin enggak percaya, sejak balita aku itu sudah genit. Aku pakai lipstick dan bedak punya mama. Aku enggak mau diajak ke mal kalau tidak didandani mama,” kicaunya.

”Kegenitan” Victoria berlanjut hingga remaja. Dia makin rajin dandan dan mendandani pembantu rumah tangganya. ”Karena belum lihai, alisnya aku bikin seperti alis Crayon Sinchan...ha- ha-ha,” tutur Victoria yang awalnya belajar tata rias secara otodidak.

Karena hasrat untuk menjadi penata rias begitu kuat, suatu ketika ia menyatakan niat sekolah tata rias kepada sang ibu. Namun, belum diizinkan. ”Mama bilang, ’kalau (sekadar) belajar dandan untuk diri sendiri boleh, tapi kalau untuk dandanin orang lain enggak boleh’,” kenang Victoria.

Sebagai pengusaha, orangtua Victoria lebih sreg jika anaknya belajar seluk-beluk bisnis. Dengan begitu, kelak dia bisa membantu menjalankan usaha keluarga. Victoria paham itu dan menjalankan saran orangtua untuk menekuni kuliah yang ilmunya bisa diterapkan dalam bisnis.

Singkat cerita, selepas SMA dia mengambil jurusan akuntansi di sebuah perguruan tinggi. Namun, kuliahnya terhenti lantaran Victoria merasa salah mengambil jurusan. ”Aku tidak punya passion di bisnis. Passion-ku itu pada ilmu yang berhubungan dengan art,” ujar Victoria.

Akhirnya Victoria mengambil kuliah di jurusan desain grafis di mana dia bisa menyalurkan bakat menggambar dan merancang. Selesai kuliah, Victoria sempat bekerja di sebuah perusahaan swasta. Kariernya melesat hingga menjadi senior manajer dengan pendapatan besar. Namun, bayangan untuk menjadi penata rias malah menguat. ”Aku makin yakin passion-ku ada di make up artist. Akhirnya pekerjaan itu aku tinggalkan,” katanya.

Langit mulai gelap. Cahaya lampu motor dan mobil bagai pendar ribuan kunang-kunang. Victoria masih terjebak di tengah kemacetan. Dia masih tersenyum dan melanjutkan ceritanya.

Jendela ekspresi
Victoria terus melatih keterampilannya menata rias. Meski tidak memiliki pendidikan formal tata rias, dia memiliki sejumlah klien. ”Karena klien makin banyak, saya belajar teknik di Andiyanto (Make Up School). Ini bentuk pertanggungjawabanku,” ujar Victoria.

Setelah Victoria lulus, Andiyanto melibatkannya di sejumlah acara peragaan busana yang melibatkan perancang busana dan model kondang. ”Saya pernah menangani aktris yang menuntut hasil dandanan yang sempurna. Saya sudah deg-degan, ternyata dia sangat suka dengan riasan saya,” ujar Victoria yang juga pernah terlibat sebagai penata rias dengan teknik airbrush di sebuah acara di Singapura.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com