Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BISIKAN JAZZY MONITA TAHALEA

Kompas.com - 28/10/2012, 05:34 WIB

Oleh Frans Sartono

Suaranya yang membisik lembut mengingatkan pada gaya-gaya penyanyi Astrud Gilberto, Norah Jones, dan Diana Krall. Itulah Monita Tahalea (25) yang memberi rasa dan kelembutan lain di pentas musik Tanah Air. 

Baiklah kita tidak buru-buru mengandangkan Monita Tahalea sebagai penyanyi dari genre musik tertentu. Nikmati saja suara dan cara perempuan berdarah Maluku-Manado itu bernyanyi. Suaranya natural. Ia bernyanyi tidak dengan

cara seperti dibuat-buat. Tidak memaksakan untuk harus ada vibrasi. Ia mengeluarkan suara dengan polos, apa adanya.

Barry Likumahuwa, seniman jazz muda yang sering mengajak Monita tampil, menilai suara Monita sebagai enak, dengan timbre jelas, dan warna suara yang unik. ”Tapi yang paling spesial adalah cara menyanyinya yang apa adanya dan tidak berusaha membuktikan apa pun,” kata Barry.

Secara pasar, suara empuk, lembut, hangat, itu juga terbilang langka di belantika musik Indonesia saat ini. Di luar sana banyak penyanyi berteriak atau menangis. Monita memilih membisik sejuk. Ada yang mengatakan jenis suara

Monita itu sebagai suara kamar, bukan suara stadion.

Suaranya seperti tidak mampu meraih nada tinggi. Dan ketika ia harus menjangkaunya, maka ia bisa sampai dengan tidak memaksa. Mesra pula terdengarnya. Seperti ketika bernyanyi ”Over The Rainbow” di album Dream, Hope & Faith produksi Inline Music 2009 di bawah arahan Indra Lesmana. Diiringi gitar seniman jazz sekelas Oele Patiselanno yang kental rasa swingnya itu, Monita menunjukkan karakter suara enaknya. Terlebih pada lagu itu ada modulasi atau peralihan nada dasar ke yang lebih tinggi. Dari situ tampak dinamika suara Monita dalam berbagai warna.

Dekat jazz

Album Dream, Hope & Faith memosisikan Monita Tahalea sebagai penyanyi yang dekat dengan wilayah rasa jazz. Produser album yang sekaligus pembuat aransemen untuk album tersebut adalah Indra Lesmana. Ia memberi sentuhan rasa jazz yang tidak jazz banget. Karakter suara Monita pas dengan lagu jazz standar seperti ”God Bless The Child” milik legenda jazz Billie Holiday.

Meski itu lagu jazz standar, cara Monita bernyanyi tidak berpretensi untuk nge-jazz. Dan justru itu menariknya.

Dirunut dari riwayat, Monita memang sejak lama bersentuhan dengan rasa jazz. Namun, dengan rendah hati ia mengaku tidak menyebut diri sebagai penyanyi jazz. ”Saya tidak mencoba untuk menjadi jazz. Belum. Masih jauh. Kalau Margie Segers itu penyanyi jazz. Tapi, saya ingin...” kata Monita yang tampil di perheletan musik yang dinamai Bunaken Jazz di Manado, Sabtu (20/10).

Musik dengan kandungan rasa jazz ia serap dari film-film Walt Disney atau Hollywood pada umumnya. Elemen jazz dalam film-film tersebut ia terima tidak dengan kesadaran bahwa apa yang ia dengar itu adalah jazz. ”Waktu itu saya belum mengerti jazz itu apa. Saya cuma nonton film dan suka lagu-lagunya,” kata Monita yang tampil di JakJazz pekan lalu.

Jazz tersimpan di memori auditif Monita sejak kecil lewat musik film. Referensi awal itu menjadi semacam benih yang tumbuh di kemudian hari. Ketika SMP ia belajar nyanyi di Bina Seni Suara (Biss) dan kemudian berlanjut di Elfa’s Music Studio milik Elfa Secioria (alm). Dari sana, ia dicekoki dengan lagu-lagu jazz. ”Pertama kali belajar lagu ’Tenderly’. Terus ’Blue Sky’. Lagunya kayaknya pakai nada-nada miring. Susah nyanyinya. waktu dinyanyikan rasanya bikin merinding,” kata Monita mengenang.

Saat itu sebenarnya ia diam-diam telah dirasuki oleh semangat jazz. Lagu ”Tenderly” yang ia dengar adalah versinya Ella Fitzgerald, sedangkan ”Blue Sky”-nya adalah milik Billie Holiday. Keduanya adalah legenda jazz yang wajib dikenal penyanyi (juga penikmat) jazz. Nyatanya, lagu-lagu tersimpan kuat dalam benaknya. Nada-nada ”miring” itu adalah blue tonality, yang menjadi salah satu elemen jazz.

”Saya terngiang-ngiang terus dengan lagu-lagu itu. Seperti ada isinya. Tapi, waktu itu saya belum mengerti kalau itu lagu jazz. Saya cuma tau itu lagu-lagu tua,” kata Monita.

Ia kemudian bergabung dengan Elfa’s Children Choir dan pernah diikutkan dalam kontes paduan suara. Dari situ Monita dilatih scat singing—melantunkan silabel dalam improvisasi yang lazim dalam jazz. Ia juga belajar lagu ”Take Five” lagu standar jazz karya Paul Desmond yang dipopulerkan kuartet jazz Dave Brubeck. ”Waktu itu, saya masih juga belum tahu kalau itu jazz.”

Idola

Ketika SMA Monita ikut kontes nyanyi televisi ”Indonesian Idol” 2005 dan berada di posisi ke-4. Belakangan, tahun 2009 sejumlah ”alumni” para idola itu dikumpulkan Indra Lesmana dalam album Kembali Satu. Berada di lingkungan pergaulan Indra Lesmana, Monita mengenal jazz secara lebih mendalam. Ia mempelajari jazz lewat mendengar dan membaca. Kebetulan dalam Kembali Satu ia kebagian lagu yang jazzy, yaitu ”Di Batas Mimpi” karya Indra Lesmana/Eki Puradiredja. Lagu yang sama ia bawakan lagi dalam album Dream, Hope & Faith.

Sejak itu Monita banyak bergaul di lingkungan seniman jazz. Pada 12 Oktober, misalnya, ia tampil pada perhelatan musik Serambi Jazz di GoetheHaus, Jakarta, bersama musisi jazz kawakan Oele Patiselanno, Jeffrey Tahalele, dan Cendi Luntungan. Ia dengan mulus membawakan ”God Bless the Child”. ”Itu impian saya bisa bernyanyi dengan musisi jazz terkenal Indonesia.”

Monita kini memang mulai ikut meramaikan perhelatan jazz. Bulan November mendatang, ia diagendakan tampil di Banyuwangi Jazz Festival di Banyuwangi dan Jazz Traffic Festival di Surabaya.

Jadi secara sadar sudah memilih jazz?

”Bukan memilih sebenarnya. Tapi, ada bagian dari diri saya yang dekat dengan jazz, blues. Ketika saya bikin album atau harus nyanyi, yang menjadi pegangan saya, ya, yang seperti itu (jazz, blues). Kalau saya nyanyi yang lain, kayaknya saya membohongi diri sendiri...,” kata Monita. Ia jujur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com