Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendieta Memendam Rindu hingga Ajal

Kompas.com - 05/12/2012, 07:07 WIB

SOLO, KOMPAS.com Foto anak dan istrinya masih berada di kamar kosnya. Itu satu-satunya media untuk mengobati rindu Diego Mendieta (32). Dan, sebelum meninggal, dia ingin segera pulang. Namun, gaji belum juga dibayar hingga dia memendam rindu hingga kematiannya.

Akhir hidup mantan penyerang Persis Solo ini memang memilukan. Selasa (4/12/2012) dini hari, striker asal Paraguay itu mengembuskan napas terakhir di rumah sakit Dr Moewardi Solo, setelah cytomegalovirus (CMV) dan candidiasis menyerang kekebalan tubuh dan jaringan organ dalam. Diego terpaksa meninggal di tanah orang serta jauh dari anak dan istrinya.

Saat Kompas.com menelusuri kenangan terakhir Diego sebelum meninggal, fakta menunjukkan bahwa dia dalam kondisi kekurangan uang. Sementara gaji sebagai pemain lebih kurang sejumlah Rp 120 juta belum terbayarkan oleh pihak manajemen. Padahal, dia sangat mengharapkannya untuk segera pulang dan melepas rindunya.

Saking kekurangan uang, Diego menunggak membayar kamar kos selama lebih dari 6 bulan. Tarif kos per bulan sebesar Rp 1.150.000. Kondisi keuangan sang pemain yang belum dibayar gajinya membuat ia harus "menumpang" dan hidup dari belas kasihan orang lain.

"Untung rekan-rekannya baik semua sehingga temannya yang membayar kos-kosannya," kata penjaga kosnya, Seno. Dia indekos di kampung Kalitan, Banjarsari.

Kepada Kompas.com, Seno dengan ramah mempersilakan masuk ke kamar nomor 8 yang ditinggali Diego, berukuran sekitar 3,5 x 4,5 meter di lantai satu. Di kamar itu ada satu televisi dan satu tempat tidur dengan sprei warna biru. Di atasnya tampak beberapa obat-obatan. Foto istri dan dua anak Diego pun terpajang di atas televisi.

"Itu foto istri dan anaknya, Mas," kata Seno. Menurutnya, Diego adalah pria yang ramah dan tidak sombong.

Seno menambahkan, pada hari-hari terakhirnya, Diego sering mengeluh sakit di bagian pencernaan dan sulit makan. Meskipun bukan saudara atau kerabat, Seno tampak terpukul oleh kepergian Diego. Di dalam kamar tersebut juga terdapat barang milik Diego yang belum dikemas, seperti beberapa pasang sepatu bola, sebuah patung salib Yesus dan Bunda Maria di meja kecil, serta satu termos terbalut kulit dan gelas seduhnya.

Seno menjelaskan, termos tersebut sering digunakan Diego untuk membuat teh. Bukan teh Indonesia, melainkan teh khas Argentina.

"Diego senang minum teh dan sekali saya mencicipi, rasanya pahit sekali," katanya.

Selain mengeluh soal sakitnya, Seno mengatakan, Diego juga mengeluh gajinya tak kunjung dibayar. Dirinya pun pernah berjanji akan langsung pulang ke Paraguay begitu gajinya dibayarkan. Namun, sebelum hal tersebut terwujud, ajal sudah mendahuluinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com