LOS ANGELES, KOMPAS.com — Seorang pembuat film Palestina yang masuk nominasi Academy Awards alias Oscars 2013, Emad Burnat, mengatakan bahwa ia bersama istri dan putranya sempat kira-kira satu jam dicegah tangkal (cekal) sebelum akhirnya diizinkan masuk ke AS oleh pihak imigrasi AS, ketika ia tiba di bandar udara internasional Los Angeles, California (AS), Selasa (19/2/2013) waktu setempat.
Burnat terbang ke AS dalam rangka memenuhi undangan pergelaran Academy Awards 2013, yang akan diselenggarakan di Dolby Theatre, Hollywood, Los Angeles, Minggu (24/2/2013) waktu setempat. Film dokumenternya, 5 Broken Cameras, masuk nominasi dalam ajang tersebut. Ia ditemani oleh istrinya, Soraya, dan anak laki-lakinya, Gibreel, yang main dalam film itu.
Burnat mengatakan pula, ketika itu ia berpikir bahwa pihak Imigrasi AS, yang tampaknya meragukan surat pengenal dirinya, akan memulangkannya ke Palestina. Burnat membandingkan apa yang dialaminya itu dengan kehidupan sehari-hari bangsa Palestina di bawah pendudukan bangsa Israel.
"Para petugas imigrasi meminta bukti bahwa saya dinominasikan untuk meraih sebuah penghargaan dalam Academy Awards (2013) untuk film 5 Broken Cameras, dan mereka mengatakan kepada saya, jika saya tak bisa membuktikan alasan kunjungan saya, maka istri saya, Soraya, dan putra saya, Gibreel, dan saya akan dipulangkan ke Turki pada hari yang sama," kata Burnat dalam sebuah pernyataan.
"Sesudah 40 menit tanya jawab, Gibreel bertanya kepada saya mengapa kami masih menunggu di ruang kecil itu. Saya hanya mengatakan kepadanya yang sebenarnya, 'Mungkin kita akan harus pulang'. Saya bisa melihat ia sangat kecewa," lanjut Burnat.
Film 5 Broken Cameras merupakan kronik peristiwa seputar pembuatan tembok pemisah oleh Israel di desa Bil'in, Tepi Barat, yang merupakan desa asal Burnat. Burnat, yang seorang petani, mula-mula membeli kamera untuk merekam perkembangan Gibreel sebelum menggunakannya untuk membuat film dokumenter tersebut.
Burnat mengatakan pula, apa yang dialaminya di bandar udara internasional Los Angeles itu merupakan, "Sebuah contoh yang sangat kecil mengenai apa yang dihadapi oleh bangsa saya setiap hari."
"Meski merupakan sebuah pengalaman yang tidak menyenangkan, ini merupakan kejadian sehari-hari bagi bangsa Palestina, setiap hari, di seluruh bagian Tepi Barat."
"Ada lebih dari 500 pos pemeriksaan, penghalang jalan, dan perintang lain untuk bergerak di tanah kami, dan tak seorang pun dari kami luput dari apa yang dialami oleh keluarga saya dan saya kemarin."
Film 5 Broken Cameras merupakan salah satu dari dua film dokumenter tentang wilayah terpecah itu, yang dinominasikan untuk meraih penghargaan Oscar. Film dokumenter lainnya adalah The Gatekeepers dari Israel. Dalam film tersebut, seorang mantan pemimpin Israel Security Agency alias Shin Bet berbicara tentang strategi keamanan Israel selama beberapa dekade terakhir.
Michael Moore, sutradara film dokumenter AS, "berkicau" pada akun Twitter-nya, @MMFlint, bahwa Burnat mengontaknya sesudah dihentikan di bandar udara internasional tersebut. Moore "berkicau" pula, para petugas imigrasi mengancam mengirim pulang Burnat dan keluarganya ke Palestina dan meragukan bahwa seorang sutradara Palestina bisa dinominasikan untuk sebuah trofi Oscar.
"After 1.5 hrs, they decided to release him & his family & told him he could stay in LA for the week & go to the Oscars. Welcome to America," tulis Moore. "It's nothing I'm not already used to," he told me later. "When u live under occupation, with no rights, this is a daily occurrence," tulis Moore juga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.