HARRY SUSILO
Tiga tipe gitar keluaran Rick Hanes menyabet predikat gitar terbaik 2012. Pemilihan itu hasil seleksi Guitar Planet
Berdasarkan situs www.guitar-planet.co.uk, secara berurutan tiga peringkat teratas adalah gitar Rick Hanes tipe Chris Bickley DR Pro, lalu Rick Hanes Avenix dan Rick Hanes DR Medium. Tipe Chris Bickley DR Pro juga meraih penghargaan untuk kategori Artist Signature.
Selain penilaian juri, penobatan itu juga memperhatikan tingkat keterpilihan produk pada jejaring sosial. ”Kami tak pernah mengajukan gitar ini untuk diikutkan seleksi,” kata Tommy.
Padahal, gitar elektrik ini baru diproduksi sejak akhir 2010 di kawasan Waru, Sidoarjo. Sekitar 50 karyawan terlibat dalam produksinya.
Deru suara mesin pemahat mewarnai proses produksi gitar. Sesuai desain awal, kayu maple impor dari Kanada dipahat hingga membentuk rangka gitar. Rangka itu diperhalus, dicat, dipasangi senar, dan diperiksa kualitas bunyinya.
”Tak hanya kayu maple, gitar juga dibuat dari kayu sonokeling dan mahogani. Ini bahan terbaik dalam menghasilkan suara,” ujar Tommy, yang memberi merek Rick Hanes dari penggalan nama anaknya, Patrick Yohanes.
Tommy adalah pemilik perusahaan sekaligus pucuk pimpinan Rick Hanes. Ia berkutat dalam proses produksi, sedangkan Doddy memberi sumbangan ide dan pengembangan usaha ini.
Gagasan pembuatan gitar ini diawali celetukan Patrick Yohanes soal tak adanya gitar elektrik di Indonesia yang bisa bersaing dengan produk asing. Ia ingin membuat gitar sendiri.
Patrick yang senang bermain musik setidaknya punya 25 gitar hadiah dari sang ayah. Mendengar keinginan Patrick, Tommy berpikir, mengapa hal itu tak dilakukannya.
Tahun 2009 Tommy meriset gitar- gitar elektrik berkualitas, termasuk belajar langsung kepada pembuat gitar elektrik di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Setahun ia menjelajah AS dan Eropa untuk mempelajari teknik pembuatan gitar dan bahan yang dibutuhkan. Di AS, ia berkeliling dari Miami, New York, Nashville, Los Angeles, dan Hawaii, sampai British Columbia (Kanada) dan Berlin (Jerman).
Dia berguru kepada sembilan pembuat gitar (luthiers), seperti Buddy Blaze, pembuat gitar elektrik untuk gitaris Steve Vai dan Joe Satriani. Tommy menemuinya di Hawaii. Di New York, ia bertemu Omar Jana, pembuat gitar dan sahabat gitaris Carlos Santana. Di Nashville, ia belajar kepada Joe Glaser. Ia juga berguru kepada Gerhard Anke dan Michel Dubach di Berlin.
”Awalnya saya susah mendapat kepercayaan untuk belajar karena sebagian musisi asing menilai orang Indonesia suka menjiplak,” kata Tommy. Setelah menjelaskan maksudnya belajar dan menunjukkan kesungguhan, ia diterima. Bahkan, sebagian dari mereka mengapresiasi komitmen dan gitar buatannya.
Dalam majalah Guitar World, Juni 2011, misalnya, Buddy Blaze menilai gitar buatan Tommy tak lagi berkompetisi dengan produk China, Korea, atau Jepang dalam kualitas, tetapi justru dengan produk
Menurut Tommy, setiap pembuat gitar punya keahlian dan metode berbeda. Seusai berkeliling mencari ilmu, ia bersyukur bisa menyerap pengetahuan yang beragam sehingga dapat melahirkan produk berbeda.
Saat memproduksi gitar, Tommy melibatkan Doddy sebagai musisi yang dia anggap berdedikasi. Doddy menjadi orang kepercayaannya untuk pengembangan bisnis ini.
Tommy dan Doddy sepakat melahirkan produk yang bisa diterima masyarakat luas. ”Kami mungkin pendatang baru, tetapi untuk ’Liga Champions’, bukan liga lokal,” kata Tommy menganalogikan produknya dengan sepak bola.
Dalam pembuatan gitar, kenyamanan bermain, karakter suara, dan estetika mesti diperhatikan. Tommy menambahkan satu unsur lagi, kekuatan pada gitar. Tommy dan Doddy memperagakan kekuatan gitar Rick Hanes dengan menginjak dan membantingnya. Tak ada bagian gitar yang rusak. ”Uniknya, gitar yang diinjak dan dibanting malah dicari pembeli,” ucap Doddy.
Salah satu kekuatan Rick Hanes adalah leher dan badan gitarnya yang terbuat dari kayu bercampur carbon graphite. Kualitas menjadi jaminan Tommy dalam memproduksi gitar. Tak heran, Rick Hanes justru terkenal di kalangan musisi internasional dibandingkan dalam negeri.
Kini, 15 tipe Rick Hanes telah dibuat dengan kisaran harga Rp 10 juta-Rp 20 juta per unit. Dalam sebulan rata-rata 100 gitar diproduksi dan sekitar 80 persen untuk pasar luar negeri. ”Terbanyak dijual ke AS, Kanada, dan negara-negara di Eropa,” kata Tommy.
Sesuai nama tipenya, sejumlah gitar Rick Hanes dibuat untuk para musisi, seperti Chris Bickley DR Pro untuk gitaris asal AS, Chris Bickley. Ada pula Adrian English Signature Series, Mark Claytor Signature Series, Balawan Signature Series.
Untuk inovasi produk dan berhubungan dengan artis, Tommy memercayakan Doddy yang aktif sebagai musisi dan mengajar di SMA YPPI 1 Surabaya.
Salah satu ide Doddy adalah mengintegrasikan telepon seluler (ponsel) keluaran Apple, iPhone, dengan gitar elektrik. Lewat Rick Hanes tipe ”Mr D” Squirrel, aplikasi iPhone dipakai menciptakan efek suara beragam pada senar gitar, termasuk bunyi alat musik lain dan suara latar yang menyerupai band. Terasa begitu hidup.
”Efek di gitar ini memanfaatkan fitur dan program di iPhone. Semakin banyak program, makin beragam variasi bunyinya,” ujar Doddy.
Inovasi produk dalam desain dan teknologi wajib dilakukan. Doddy terobsesi memasukkan berbagai macam suara ke dalam gitar. Gitaris dapat berlatih atau tampil tanpa harus diiringi grup musik.
Dengan kualitas tersebut, sejumlah musisi berharap Rick Hanes menjadi sponsornya. Gitaris yang disponsori antara lain Balawan, Irul ”Five Minutes”, dan Taraz ”Triad”.