Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam Keroyokan Gitaris

Kompas.com - 14/04/2013, 03:35 WIB

Dia bukan gitaris dan tak bisa bermain gitar, tetapi mempunyai majalah musik GitarPlus. Ia juga menggerakkan komunitas gitaris di sejumlah kota lewat acara Gitaran Sore. Dia adalah Caesilia Intan Pratiwi, ibu para gitaris itu.

Pada setiap acara Gitaran Sore, Intan membawa beberapa gitaris, biasanya lima gitaris sudah populer di antara komunitas gitar seperti Jubing Kristianto, John Paul Ivan, atau Pupun Dudiyawan. Periode Maret-Juni ini, misalnya, sudah terprogram Gitaran Sore di 16 kota. Sejauh ini Gitaran Sore telah meramaikan Palangkaraya, Banjarmasin, Jember, dan Banyuwangi. Gitaran Sore boleh dibilang mampu menghidupkan dinamika pehobi gitar di banyak tempat untuk saling belajar, berapresiasi, dan unjuk kemampuan.

”Mereka bermain mulai pukul 3 sore sampai pukul 12 malam,” kata Intan. Antusiasme gitaris muda di sejumlah kota memang luar biasa. ”Dari acara itu kita baru tahun Indonesia mempunyai banyak gitaris hebat,” kata Intan menambahkan.

”Nothing But Guitar”

Satu lagi gerakan dari Intan dan para gitaris adalah membuat proyek album Nothing But Guitar yang kini sudah beredar. Gitaris yang terlibat dalam album ini pernah menjadi bintang tamu dalam Gitaran Sore. Para gitaris menyebut pembuatan album ini sebagai ”Proyek Sangkuriang.” Sebab, album hanya dikerjakan dalam dua minggu. Satu minggu untuk membuat komposisi baru. Seminggu berikutnya untuk masuk studio dan pemolesan materi rekaman. Namun, karena jaringan para gitaris sudah terbentuk dan ada Intan sebagai

”komandan”, proyek berjalan tepat waktu.

”Malam-malam ada yang nongol di Twitter, saya kejar-kejar mereka, haha-ha” kata Intan.

Para gitaris yang tergabung dalam album kompilasi ini adalah I Wayan Balawan, Jubing Kristianto, Gugun (gitaris Gugun Blues Shelter), Andy Owen, John Paul Ivan, Edo Widiz, Irvan Borneo, Pupun Dudiyawan, duo Ezra Simanjuntak dan Eddy Simanjuntak, serta Andry Muhammad. Mereka memainkan komposisi baru, kecuali Jubing yang membawakan gabungan dua lagu rakyat, yakni ”Lenggang Kangkung” dan ”Sipatokaan.”

Yang menarik dari album ini, para gitaris terkesan bermain dengan semangat bermain. Maksudnya, bermain tidak dengan orientasi komersial. Mereka tampil dalam kapasitas sebagai pribadi, tidak membawa bendera grup. Terasa sekali semangat kegembiraan bergitar.

Materi komposisi juga cukup segar. Hanya saja sebagai satu kesatuan album, menunya terasa monoton, nyaris datar. Dinamika suguhan album cukup terbantu dalam hal variatif rasa oleh permainan gitar Jubing, Balawan, dan Gugun. Sound dan gaya permainan mereka cukup berbeda.

(XAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com