Tjut Nyak Deviana Daudsjah meluncurkan album solo piano Tjut Nyak Deviana: Tales of Indonesia-Solo Piano Live from Soehanna Hall,
Lagu tersebut adalah ”O Inani Keke” dari Minahasa, ”Ayo Mama” (Maluku), ”Yamko Rambe Yamko” (Papua), ”Anging Mamiri” (Sulawesi Selatan), ”Selayang Pandang” (Sumatera Barat), ”Aceh Lon Sayang” (Aceh). Terdapat pula lagu anak ”Bintang Kecil” dan ”Balonku” karya Pak Dal atau Daldjono serta lagu keroncong ”Bengawan Solo” karya Gesang. Ada juga lagu ”Pesanku” karya Onny Suryono dan Hasamanan yang pada era 1960-an dipopulerkan oleh Onny Suryono sendiri. Sekadar catatan, lagu ”Aceh Lon Sayang” adalah gubahan Teuku Daudsjah, ayah Deviana.
Mengapa lagu daerah?
”Sebagai pendidik musik, saya ingin sekali mengembalikan apresiasi, penghargaan terhadap musik daerah Indonesia,” kata Deviana, profesor di Akademi Musik Basel Jazz Department, Swiss, yang pernah menjadi rektor Jazz and Rockschulen Freiburg pada 1990-1995.
Dan mengapa lagu anak?
”Saya ingin juga mengembalikan lagu anak-anak pada porsinya atau posisinya. Saya sangat prihatin
Menarik menyimak suguhan Deviana di album ini. Repertoarnya pada umumnya sudah menjadi referensi umum penikmat musik di Indonesia. Akan tetapi, Deviana memberi alternatif rasa lain dengan sentuhan jazz. Ada sinkopasi dan improvisasi yang jamak digunakan dalam jazz, yang menjadikan komposisi terasa dinamis. Simak, misalnya, improvisasi pada ”Anging Mamiri” atau ”Selayang Pandang” yang khas jazz, tidak rumit. Bahkan, nuansa kedaerahannya pun masih tertangkap lewat beat dan cengkok melodi.
Siapa bilang jazz harus ruwet? Deviana menyampaikannya dengan simpel, tetapi manis. Jika ada kesan ruwet tentang jazz, ada dua kemungkinan. Pertama, boleh jadi pihak pendengar belum mau berapresiasi. Kedua, si pemain memang ngawur, tetapi mengatasnamakan berimprovisasi. Deviana di album ini memberi contoh jazz yang sederhana dan mudah diapresiasi.
Perlakuan seperti itu diterapkan juga pada lagu anak ”Balonku” dan ”Bintang Kecil”. Karakter lagu tidak hilang, malah memberi alternatif rasa lain yang segar. Anak-anak juga bisa berapresiasi pada gramatika jazz. Anak-anak dan siapa pun bisa belajar bahwa ada cara lain untuk menyampaikan satu komposisi yang sama dengan cara yang berbeda.
Menyuguhkan lagu daerah dan lagu anak dengan cara berbeda lewat piano pernah dilakukan pianis Nick Mamahit (1923-2004) pada era 1950-an hingga 1960-an. Nick merangkum lagu-lagu seperti ”Potong Bebek”, ”Nona Manis”, ”Ayo Mama”, dan ”Sipatokaan” dalam satu suguhan berasa jazz yang menawan.
Nick juga rajin memainkan lagu daerah, seperti ”Sarinande” (Maluku) atau ”Dengkleung” (Sunda), dengan pendekatan jazz. Yang menarik dicatat, lagu-lagu Nick itu mendapat ruang dengar yang cukup intens di radio, khususnya RRI. Dengan demikian, banyak telinga khalayak yang terpapar musik berbobot.