Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Gitaran Sore" Berawal dari Acara "Ngabuburit"

Kompas.com - 12/05/2013, 12:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Penyuka gitar, mulai dari para pemula hingga gitaris kawakan, berkumpul dalam perhelatan Gitaran Sore. Mereka saling belajar dan saling unjuk kemampuan lalu menggalang persaudaraan.

Pernah dengar lagu "Bungong Jeumpa"? Itu lagu daerah Aceh. Pada hajatan Gitaran Sore, Minggu (28/4), di La Piazza, Kelapa Gading, Jakarta, lagu itu mengalun indah dan rancak lewat petikan gitar Jubing Kristianto. Di tangan gitaris kelahiran Semarang itu, gitar tak sekadar iringan melodi dan penjaga rhythm, tetapi juga "bernyanyi".

Dalam tempo bersamaan, petikan jari Jubing mengulik melodi dan harmoni. Telinga ratusan penonton seakan mendengar lagu "Bungong Jeumpa" dimainkan beberapa gitaris. Padahal, Jubing sendirian di panggung. "Lagi Jubiiing...," teriak seorang penonton begitu Jubing menuntaskan "Bungong Jeumpa".

Jubing lalu menyampaikan rangkaian nada yang tak asing bagi penonton. Beberapa di antaranya pun menyanyi mengikuti petikan Jubing. "We are the champions, my frieeend…." Kala itu lagu band rock legendaris Queen dimainkan Jubing.

Jubing bukan satu-satunya gitaris yang tampil di Gitaran Sore. Ada puluhan gitaris yang turut meramaikan hajatan yang telah digelar secara rutin sejak tahun 2011 ini. Selain Jubing, juga tampil I Wayan Balawan, Donny Suhendra, Ezra Simanjuntak, Gugun dari Gugun Blues Shelter, dan Pupun Dudiyawan.

Tak hanya gitaris yang telah punya nama, sebagian besar penampil di ajang ini justru gitaris-gitaris pemula yang mungkin namanya belum dikenal umum. Mereka berasal dari Jakarta, ada juga yang berasal dari Bandung, Bekasi, dan Yogyakarta.

Meskipun pemula, permainan gitar mereka cukup menawan. Ada gitaris muda yang mahir bermain cepat laksana Yngwie Malmsteen. Ada yang memadupadankan distorsi dan melodi dalam satu komposisi layaknya Kirk Hammet. Ada pula yang memilih ngeblues seolah Stevie Ray Vaughan. Ya, mereka bermain dengan karakter masing-masing.

Tak heran, acara yang dimulai pukul 15.00 itu semakin malam semakin dijejali penonton.

Pelataran La Piazza jadi begitu padat manusia. Tak ada vokalis di sana. Tidak pula ada goyangan boyband ataupun girlband yang kini tengah ngetren. Hanya deretan permainan gitar dari sore hingga tengah malam.

Awalnya "ngabuburit"
Adalah Caecilia Intan Pratiwi (37) penggagas pertunjukan ini. Awalnya Intan, yang juga pemimpin majalah musik Gitarplus itu, merasa heran, di Indonesia ini banyak pencinta gitar. Di sejumlah kota bahkan ada komunitas pemain gitar. Namun, nyaris tak ada panggung ajang tampil untuk para penggemar gitar. Gitaris hanya menjadi pelengkap sebuah band. "Akhirnya saya berpikir, kenapa tak membuat pertunjukan gitar saja," katanya.

Bersama suaminya, Eka, Intan memulai merintis pertunjukan gitar tahun 2007 melalui acara yang mereka namakan Guitar for Fun dan Guitar Goes to Campus. Keduanya menjadi cikal bakal Gitaran Sore yang kali pertama hadir pada tahun 2011.

"Gitaran Sore ini lahir saat bulan puasa. Awalnya untuk ajang ngabuburit sambil menonton gitaris main. Selain ada gitaris terkenal, juga ada para pemula dari berbagai komunitas gitar. Ternyata, respons publik sangat besar. Akhirnya, tahun 2011 Gitaran Sore digelar di empat kota," tutur Intan.

Awalnya, katanya, bukan perkara gampang memanggungkan gitaris sebagai tontonan. Sponsor akan bertanya-tanya, apa mungkin orang hanya main gitar ditonton. Intan

harus mengeluarkan dana sendiri saking sulitnya cari sponsor. "Untungnya para gitaris ini, termasuk yang ngetop, sudah seperti keluarga sendiri. Saat tahu saya harus nombok, mereka sukarela minta dipotong honornya, he-he-he," ungkapnya.

Pada tahun 2012, Gitaran Sore diusung di delapan kota. Pada tahun ini, hanya dalam waktu empat bulan, Gitaran Sore telah dihelat di 16 kota, seperti

Cirebon, Malang, Bangka, dan di Kalimantan. Ajang kumpul para gitaris itu dihadiri ribuan orang layaknya pergelaran dangdut atau band terkenal yang memang mudah menangguk massa.

"Dalam perjalanannya respons masyarakat sangat besar. Apalagi ini hampir menjadi satu-satunya event pertunjukan gitar di Indonesia. Komunitas-komunitas gitaris pun bermunculan seiring kegiatan ini," katanya.

Berbagi pengalaman
Eben (25), gitaris pemula asal Bekasi, menuturkan, keikutsertaannya dalam Gitaran Sore menjadi berkah tersendiri. Di ajang ini dia makin mengenal dan banyak belajar dari gitaris lain, serta menghadirkan pengalaman manggung yang berguna. Selain itu, namanya juga kian dikenal di kalangan musisi. Akhirnya, dari gitaris kamaran (istilah untuk pemain gitar yang hanya bermain di kamar), dia bisa menjadi gitaris di kafe-kafe dan pertunjukan musik.

"Kalau dulu saya menghidupi gitar, sekarang gitar yang menghidupi saya, he-he-he," katanya.

Andi Owen, gitaris profesional asal Jakarta, mengaku, dari ajang Gitaran Sore, kursus gitarnya semakin ramai. Sebab, tak hanya komunitas gitar, tetapi banyak kalangan awam gitar pun yang menonton acara tersebut. "Mereka akhirnya ingin diajar gitar. Kalau ditekuni dengan baik, dari ajang ini, pendapatan dari bermain gitar bisa lebih besar dari direktur perusahaan lho," katanya berseloroh.

Gitaris Ezra Simanjuntak menuturkan, Gitaran Sore memberi dampak munculnya banyak komunitas-komunitas gitar di Indonesia. Kondisi tersebut menjadi sinyal positif bagi perkembangan musik, khususnya permainan gitar. Sebab, bertumbuhnya komunitas akan membuat proses belajar semakin baik. "Saya percaya, gitaris-gitaris kita tidak akan kalah dengan gitaris luar. Proses ini kini sedang berlangsung," katanya. (M Burhanudin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com