Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Impian Seorang James Bond

Kompas.com - 24/05/2013, 02:24 WIB

Oleh Sindhunata

Invasi Jerman ke Inggris. Inilah pernyataan kapitulasi bahwa kekuasaan sudah jatuh di tangan Jerman. Deutschland über alles. Puncak pertandingan Bundesliga di Stadion Wembley. Sepak bola Inggris harus belajar banyak dari Jerman. Begitulah lebih kurang pernyataan- pernyataan media di Inggris menyongsong laga FC Bayern Muenchen lawan Borussia Dortmund dalam final Liga Champions, Minggu dini hari nanti.

Sepak bola Jerman kelihatan sedang naik daun. ”Di musim ini Dortmund dan Bayern sungguh mengagumkan. Keduanya tim kuat, dengan pemain-pemain yang luar biasa pula. Organisasi mereka juga hebat dan sehat. Sepak bola Jerman memang sedang spektakuler,” puji pelatih kesebelasan nasional Inggris, Roy Hodgson.

Menurut Hodgson, permainan Bayern dan Dortmund tidak berbeda dari permainan kesebelasan top lain di Eropa. Namun, fisik pemain Bayern dan Dortmund sangat perkasa, mereka mampu menunjukkan kerja keras di lapangan, bermain dengan semangat berapi-api dan penuh energi. Itulah yang membuat mereka ”satu langkah di depan tim top Eropa lainnya”.

Bayern dan Dortmund punya banyak kesamaan. Keduanya memiliki pelatih hebat. Baik Jupp Heynckes maupun Juergen Klopp adalah pelatih yang sangat dihormati pemain asuhannya. Karena itu, ajaran dan otoritas mereka dapat dijelmakan menjadi permainan di lapangan.

Bagi kedua pelatih itu, tidak cukup jika pemain hanya bisa bermain dengan indah secara individual. Lebih dari itu, mereka harus kuat dan kekuatan itu secara kolektif harus bisa menjadi tekanan serta beban bagi lawannya. Dalam hal ini, baik Heynckes maupun Klopp disebut sebagai pelatih yang berhasil menjelmakan ”keutamaan Jerman”, yakni ketekunan, disiplin, dan kerja keras, ke dalam sepak bola modern.

Jika demikian, siapakah favorit juaranya? Tak pelak lagi, banyak orang akan berkata: Bayern! Betapa tidak? Di Bundesliga, mereka meninggalkan Dortmund dengan 25 poin. Dan, mereka menekuk tim terbaik dunia, Barcelona, di Allianz Arena, 4-0. Lalu, dilumatnya kembali Barcelona di kandangnya, Nou Camp, yang angker buat kesebelasan lawan itu, dengan 3-0. Hasil-hasil ini adalah indikasi bahwa Bayern bakal juara.

Karena prestasinya selama ini, pemain-pemain Bayern sangatlah optimistis bakal menjuarai Liga Champions tahun ini. Kata Direktur Olahraga Bayern Matthias Sammer, mereka akan bermain dengan ringan dan lega, lalu perlahan-lahan membangun ketegangan, dan lalu meledak. Teknik inilah yang membuat Barcelona kelabakan, sampai Gerard Pique panik dan melakukan gol bunuh diri.

”Bayern memang favorit. Mereka bermain dengan makin lapar dan kelaparan mereka seperti tak mau dipuaskan,” kata Ottmar Hitzfeld. Hitzfeld adalah pelatih yang berhasil membawa baik Dortmund maupun Bayern jadi juara Liga Champions, masing-masing tahun 1997 dan 2001. ”Dua kesebelasan itu ada di hati saya. Saya netral. Yang penting, ini adalah momen impian bagi persepakbolaan Jerman,” tutur Hitzfeld.

Karena itu, kendati memfavoritkan Bayern, Hitzfeld tak mau menyepelekan Dortmund. ”Ini duel dalam tingkat tertinggi. Bisa saja Dortmund membuat keajaiban. Saya sendiri punya pengalaman itu bersama Dortmund di final Liga Champions 1997. Waktu itu, Dortmund bukan favorit, tetapi kami berhasil mengalahkan Juventus, 3-1. Dalam permainan macam ini, yang menentukan bukan hanya prestasi selama satu musim, melainkan kondisi hari ini, kekuatan saraf, dan inisiatif untuk memimpin pertandingan,” paparnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com