JAKARTA, KOMPAS.com -- Sutradara Hanung Bramantyo mengklaim shooting film Soekarno merupakan shooting film terberat yang pernah dilakoninya. Pasalnya, film ini melibatkan sampai tiga ribu pemain dan figuran.
Mereka dilibatkan saat Soekarno digambarkan sedang berpidato. Hanya untuk satu adegan (scene) itu saja, Hanung perlu enam hari shooting.
Tapi, Hanung harus 'membayar mahal' shooting filmnya itu. "Baru enam hari shooting, saya sudah dua kali masuk rumah sakit," kata Hanung sambil tertawa.
Hanung juga sempat mengkhawatirkan, jika saja shooting film ini tidak akan selesai. "Tantangan apapun selama shooting, saya hadapi. Saya hanya takut, film ini tak akan selesai, entah ada peristiwa apa yang membuat film ini tidak selesai," ujar Hanung yang menganggap karya film ini menjadi beban berat buatnya.
Begitu panjangnya perjalanan hidup Soekarno, semula, Hanung berencana akan membuat tiga film tentang Soekarno, mulai dari lahir sampai Indonesia Merdeka, lalu masa Indonesia Merdeka sampai dibuang ke Ende hingga Proklamasi. Film Soekarno ketiga dimulai dari agresi militer sampai wafatnya.
"Film Soekarno ini akan dimulai dari rumah Pak Cokro, sampai kenapa laki-laki (Soekarno) ini ingin Indonesia merdeka," jelas Hanung.
Cokro yang dimaksudkan Hanung adalah bapak indekos Soekarno saat masih sekolah. Cokro kemudian menjadi ayah mertua Soekarno setelah Soekarno menikahi Oetari, istri pertama Soekarno. Akhir dari film ini, lanjut Hanung, kala Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945.
Selain kawasan Pabrik Gula Gondang, termasuk membuat 'setting' rumah Pegangsaan Timur, Hanung juga mendatangi Ambarawa, Semarang, Surabaya, Jakarta, dan Kebon Raya Bogor sebagai lokasi shooting film Soekarno.
Hanung memilih Ario Bayu untuk memerankan tokoh Soekarno, Tika Bravani sebagai Fatmawati, Lukman Sardi yang menjadi Muhammad Hatta, Maudy Koesnady sebagai Inggit Garnarsih, Tantra Ginting sebagai Sjahrir dan Ferry Salim yang jadi komandan tentara Jepang Sakaguchi.
Tidak hanya pemain lokal saja, Hanung juga memakai pemain asing dari Jepang dan Belanda, Swedia sampai Portugal. "Film Soekarno bukan propaganda baru. Soekarno ini hebat karena penuh dengan kekurangan," jelas Hanung.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.