Terlahir untuk musik
Menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah di Papua, Enos tak langsung tinggal di Melbourne. Hampir sembilan tahun lamanya ia “menggelandang” sebagai musisi lokal. Ia bergerak dari satu panggung ke lain pagelaran.
Enos menguasai berbagai alat musik. Kadang ia menabuh drum, memetik bass atau menarikan jemarinya di atas tuts keyboard. Beberapa kali ia juga tampil sebagai koordinator musik dalam ajang tertentu.
Dengan bantuan pendeta Jonathan Pattiasiana, pada 2009 Enos menginjakkan kaki di bumi Kangguru. Ia menempuh studi marketing di Carrick Institute (2010), music composition di Box Hill Institute (2012) dan marketing di Holmesglen (2013).
“Saya menyelesaikan pendidikan vokasi marketing dan strata I di bidang musik itu semua dengan biaya sendiri,” ujar Enos bangga. “Berat sekali memang mengatur waktu untuk belajar, bekerja dan bermusik, tapi saya sangat menikmatinya” sambungnya dengan senyum lebar.
Sikap pantang menyerah dan percaya diri memang terlihat dari raut wajahnya. Kini ia sedang menyiapkan diri untuk mengambil program master dalam bidang komposisi musik.
“Semoga saya bisa diterima di Universitas Melbourne atau Monash,” harap Enos. “Itu pun kalau saya dapat bantuan. Tanpa beasiswa, hampir mustahil saya bisa melanjutkan kuliah. Biayanya mahal sekali.” Anyone?
(Iip Yahya, penulis independen, tinggal di Melbourne Australia)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.