"Ibarat hadiah, album ini untuk penguasa, semoga saja bisa membuat mereka lebih bijak," kata Jerinx dalam media gathering peluncuran album "Sunset Di Tanah Anarki", di kantor Sony Music Indonesia, Jalan Johar, Jakarta Pusat, Senin (21/10/2013) kemarin.
Pemilihan judul "Sunset di Tanah Anarki" diharapkan SID bisa menjadi sebuah pencerahan.
"Kami ingin jelaskan secara garis besar kenapa kami memilih judul Sunset di Tanah Anarki dan ini sudah dipikirkan matang-matang. Sekarang di Indonesia banyak yang salah paham soal anarki. Kenapa kami pilih itu karena kami pilih kata 'sunset' karena Indonesia sangat Indah sangat kaya tapi di Indonesia masih banyak penindasan," tutur Jerinx.
Sebagai single pertamanya, album ini mengedepankan "Jadilah Legenda" bertempo kalem yang berada di luar pakem musik SID. Meski begitu, Jerinx menjamin jika single ini sarat makna yang bernapas perjuangan.
"Dari dulu saya banyak lagu bertempo tidak cepat, cuma belum ketemu waktu yang tepat. Saya mikir SID sudah 18 tahun, saya enggak mau terlalu sibuk mengejar genre, 'Kita ini band punk harus selalu kencang', itu semua sudah kami lewati, kami buktikan. Kami masih band punk, kami lakukan itu tanpa ditekan, attitude kami punk ketika kami melakukan itu tanpa dijajah," ulas Jerinx.
"Kalau kami bilang keduanya, memang single 'Jadilah Legenda' ini kalau orang dengar nasionalistis, karena mengulang kata Indonesia dan saya mengibarkan bendera. Tapi kalau disimak lagi ini lagu perlawanan. Nasionalisme ya, tapi kami belum puas sama Indonesia, kami inginkan perubahan," lanjutnya.
Single "Jadilah Legenda" merupakan lagu kemarahan yang dibalut dengan kata-kata puitis dalam liriknya. "Memuisikan 'jari tengah' seperti membungkus kemarahan dengan keindahan. Kalau cuma bisa memaki itu orang memaknainya akan malas. Itu makanya kami memaknakan kemarahan dengan indah itu dengan puisi, makanya banyak juga metafora perumpamaan," jelas Jerinx.