"Secara general kita sama-sama tahu industri musik, khususnya penjualan CD, secara fisik, dalam lima tahun terakhir menurun. Dan, di Indonesia sendiri luar biasa sekali dampaknya, termasuk, toko kaset yang legendaris, harus tutup akhirnya. Kami melihat ini sudah lama sebenarnya dan teman-teman juga punya plan A, B, C," ujar Aji Anindito, Manager Promotion Organic Records, yang menaungi MALIQ & D'Essentials, sekaligus mewakili Angga Puradiredja (vokal), Indah (vokal), Ilman (keyboard dan piano), Jawa (bas), Lale (gitar), dan Widi (drum), ketika diwawancara per telepon oleh Kompas.com di Jakarta, Jumat (6/12/2013).
Aji mengungkapkan tiga strategi itu. "Ada tiga hal. Semua yang di Organic Records, kami memposisikan diri di semua aspek, manggung tetap jalan, produk musik dalam bentuk CD-nya jalan, dan merchandise juga jalan," kata Aji.
Strategi pertama MALIQ & D'Essentials adalah menjual CD orisinal secara online. "Kami main di digital. Kami salah satunya bekerja sama dengan Blibli.com. Kami sudah melakukannya. Memang bentuknya bukan digital (digital download), masih fisik kok. Jadi, beli di online, nanti datangnya ke pembeli dalam bentuk fisik," terangnya.
"Experience yang ditawarkan si toko digital itu beda dengan yang toko fisik. Kalau beli barang di toko, dalam bentuk fisik kan bisa langsung datang, lihat-lihat, terus dapat CD-nya. Kalau online itu lihat gambar, pilih, lalu beli, terus masih perlu cek tracking barangnya. Memang, toko digital, online shopping, itu masih perlu edukasi lagi, karena orang masih perlu hati-hati, banyak penipuan," lanjutnya.
MALIQ & D'Essentials memanfaatkan kesempatan berjualan CD dan merchandise orisinal ketika tampil dalam festival musik.
"Kami masih andalkan direct selling kalau lagi manggung. Misalnya, pas Java Jazz Festival, kami diberi kesempatan jual direct CD dan merchandise. Atau, kayak besok, manggung di Semarang atau Yogyakarta itu akan ada direct selling juga," terang Aji lagi.
Tak cuma menjual CD dan merchandise orisinal dalam festival, MALIQ & D'Essentials juga menitip edar CD dan merchandise mereka di beberapa distro.
"Terus, masih ada distro. Seperti di Bandung itu kan ada distro yang jual kaus (t-shirt) tapi jual CD juga. Kami taruh CD di sana, tapi kami bundling dengan official t-shirt yang hanya bisa lo dapat di situ," terangnya.
"Seperti 2014 nanti, kami sendiri akan menjadikannya tahun merchandise. Karena kan banyak band luar negeri, seperti Iron Maiden, bisa mendapat revenue luar biasa. Di Indonesia belum banyak yang melihat ini," terangnya lagi.
Khusus untuk penjualan CD orisinal secara online, Aji menekankan bahwa hasilnya tentu tidak bisa dibandingkan secara mutlak dengan menjualnya di toko.
"Kalau jumlahnya, belum bisa dibandingkan. Seperti album MALIQ yang keluar 2009, waktu itu jumlah jualan fisik masih bagus, dan toko kaset masih banyak. Memang, belum bisa apple to apple perbandingannya," masih jelas Aji.
Di luar tiga strategi "bertahan hidup" tersebut, MALIQ & D'Essentials bersama manajemen mereka kini sedang meramu strategi lainnya yang masih mereka rahasiakan.
"Kalau pembicaraan strategi lain, memang ada ide-ide baru, tapi belum bisa saya bicarakan. Ide ini mungkin terkesan radikal dan enggak mungkin dilakukan (sekarang). Tapi, lima tahun lagi, orang bisa lakukan itu seperti (penjualan CD) di restoran cepat saji, yang dulunya (ide itu) dianggap gila," kata Aji.
Menurut Aji, upaya yang dilakukan oleh MALIQ & D'Essentials hanya merupakan contoh kecil dari bentuk kepedulian terhadap industri musik.
"Orang di industri ini semua sedang bikin gebrakan, bukan hanya untuk record label-nya atau untuk dia sendiri, tapi juga buat orang lain untuk membantu industri musik Indonesia," tutup Aji.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.