Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Para Santri Bermain Teater

Kompas.com - 03/02/2014, 20:08 WIB
Jodhi Yudono

Penulis

ya nabi salam alaika
Ya Rosul salam alaiik
Ya habib salam alaika
Shalawatullah alaik

Ya habibi ya Muhammad
Ya Arusal khofiqoin
Ya Muayyat ya Mumajjad
Ya Imamal qiblatin

Begitulah, para santri dan santriwati dari  sembilan Pondok Pesantren Babakan-Ciwaringin-Cirebon membuka pertunjukan teater berjudul "Kalung Permata Barzanji" terjemahan Syubah Asa yang skenarionya ditulis oleh WS Rendra pada Sabtu, 1 Februari 2014 di Teater Arena, Taman Budaya Tegal, dengan sutradara Ken Zuraida.

Mereka menggelar dua pertunjukan sepanjang 1,5 jam pada pukul tiga dan delapan, dengan hikmat dan semangat. Disutradarai oleh Ken Zuraida, tontonan yang sudah berulangkali dipentaskan oleh Bengkel Teater Rendra itu masih tetap memesona penonton. Selain kata-kata puitis, penonton juga beroleh sajian koreografi, tata cahaya, kostum pemain, serta musik yang menawan yang ditata oleh Bujel Dipuro dan Jassin Burhan.

Lakon yang diniatkan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW itu, memang bercerita mengenai Nabi yang agung itu. Beginilah cara Rendra bercerita melalui perkisahan yang puitis.

Syahdan, adalah utusan Allah
Mahluk sempurna
unggul cipta dan budi
cinta manusia

Sedikit tinggi, putih memerah warna kulitnya
Mata menatap hitam bercelak, merah pipinya
Mata yang lebar, tebal dan rampak bulu matanya
Mulut mulia dan rapi letak giginya

Di kening, purnama memancar terang
Matahari pagi, fajar merekah gilang gemilang
Pangkal hidungnya membangun bentuk amat eloknya
Dadanya bidang. Pantas dan halus tulang pipinya

Kompas.com/Jodhi Yudono Pementasan
.....
Begitulah, puja-puji yang dilandasi kecintaan, meluncur dari mulut para santri dan santriwati. Mereka berkisah tentang keluhuran budi Sang Nabi yang terpuji, Nabi yang rendah hati dan sederhana sifatnya, yang berjiwa agung, yang berjalan bersama hamba sahaya, sopan dan lembut kepada siapa saja.

Pertunjukan yang mampu memaku sekira 500 orang itu di tempat duduknya hingga usai acara, selain dipujikan, ada juga kriktik mengenainya. Yon Daryono, sutradara teater asal Tegal mengatakan, pertunjukan "Kalung Permata Barzanji" berlangsung dengan tempo lambat, sehingga membuat pertunjukan membosankan. "Semula saya kira, beberapa puisi itu akan dinyanyikan, tapi ternyata diuucapkan secara koor dengan nada yang sama secara berulang-ulang. Hasilnya, terkesan monoton," ujar Yon seusai acara.

Kompas.com/Jodhi Yudono Pentas Teater Kalung Permata Barzanji oleh para santri dan santriwati sembilan Pondok Pesnatren, Babakan-Ciwaringin, Cirebon di Taman Budaya Tegal, Sabtu, 1 Februari 2004.
Yon berharap, untuk pementasan di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, 8-9 Februari nanti, Ken Zuraida yang bertindak sebagai sutradara akan meningkatkan tempo dan dinamika pementasan. "Kalau di Tegal, kami bisa memaklumi, karena anak-anak itu sebelumnya tidak pernah bermain teater. Tapi kalau sudah di Jakarta, penontonnya mana mau tahu, mereka santri atau bukan. Mereka hanya mengharapkan pertunjukan yang bagus," pesan Yon Daryono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau