"Saya katakan tidak dan saya tidak tertarik," kata Urs Bühler, penyanyi opera Swiss, saat pertama kali ditawari untuk bergabung dengan Il Divo.
"Kami ini penyanyi klasik dan kami meniti karier sebagai penyanyi solo klasik. Tiba-tiba datang seseorang menawarkan kami untuk membentuk kelompok empat penyanyi pop. Hal itu tidak pernah terlintas di benak kami," kata Urs dalam perbincangan dengan Kompas lewat telepon, pekan lalu.
"Itu mengapa pada awalnya kami mengatakan tidak karena bukan hal itu yang kami cari. Tapi, nyatanya kami sukses secara global. Dan, setelah sepuluh tahun, kami tetap solid,” kata Urs yang saat dihubungi sedang berada di Tokyo dalam rangkaian tur dunia Il Divo.
Mereka dijadwalkan tampil di Jakarta pada Jumat, 21 Maret 2014, dalam konser Il Divo : A Musical Affair — The Greatest Songs of Broadway Live in Jakarta, yang digelar oleh Inspiro.
Urs berbicara mewakili Il Divo yang terdiri dari Urs Bühler (42), penyanyi tenor asal Swiss; David Miller (40), tenor asal Amerika Serikat; Carlos Marín (45), penyanyi bariton asal Spanyol; dan Sébastien Izambard (41) dari Perancis yang merupakan satu-satunya penyanyi berlatar belakang pop.
Lalu, apa yang meyakinkan kalian untuk kemudian bersedia bergabung dengan Il Divo?
"Yang meyakinkan kami adalah adanya tantangan dan kesempatan untuk menggarap sesuatu yang baru, yang belum pernah ada sebelumnya. Lalu kami katakan, oke, kami akan membuat album untuk Anda," tutur Urs saat mengiyakan tawaran untuk bergabung dengan Il Divo dan teken kontrak untuk album pertama.
Tawaran itu datang dari Simon Cowell, orang cerdik di jagat bisnis hiburan yang ikut menjadi juri American Idol. Ia menggagas untuk mengumpulkan penyanyi tenor klasik dan menampilkan mereka dengan format yang lebih ngepop. Gagasan itu muncul setelah Cowell melihat penampilan Andrea Bocelli menyanyikan "Con te partirò".
Sewaktu menandatangani kontrak membuat album pertama, Il Divo sama sekali tidak berharap akan berlanjut dengan produksi album selanjutnya.
"Kami mengira waktu itu kami hanya akan membuat satu album dan setelah itu kami kembali bernyanyi di pentas opera," kata Urs.
"Saya bilang sama Simon Cowell, kalau Anda membayar kami, oke, kami akan siap memberikan layanan sebagai penyanyi klasik. Tapi, kami ketika itu sama sekali tidak punya ekspektasi tentang kelanjutan karier atau apa pun."
Album pertama mereka yang bertajuk Il Divo dirilis di Inggris pada November 2004. Album ini, antara lain, memuat lagu pop seperti "Unbreak My Heart", lagu pop kondang era 1990-an dari Toni Braxton, 1996. Kemudian "Feelings" yang dipopulerkan Morris Albert pada pertengahan 1970-an. Serta "My Way" karya Paul Anka yang dipopulerkan Frank Sinatra.
Menyusul sukses album pertama yang terjual sampai 5 juta kopi di seluruh dunia, Il Divo setahun kemudian pada 2005 membuat album Ancora yang, antara lain, memuat lagu pop seperti "Unchained Melody" dan "All By Myself" serta lagu klasik "Ave Maria". Sampai hari ini, Il Divo telah membuat delapan album.
Masuk dalam lingkungan pop, Il Divo yang tiga awaknya terlatih sebagai penyanyi klasik itu perlu beradaptasi dalam bernyanyi. Dalam menghadapi materi lagu pop, mereka memosisikan diri sebagai interpreter.
"Selain itu, kami juga harus benar- benar mempunyai suara yang fleksibel. Kami harus mendapatkan warna suara yang berbeda-beda."
Kerja keras
Sukses Il Divo, menurut Urs, bukan sesuatu yang dibangun hanya oleh satu album. Il Divo membangun karakter dari tahun ke tahun lewat tur terus-menerus dan pembuatan album hampir setiap tahun.
Anda bekerja keras untuk mencapai semua itu?
"Kami tidak pernah beranggapan bahwa kami bekerja keras. Tur dunia memang sangat melelahkan dan bikin stres. Setiap hari kami harus berkemas, mengepak koper. Selama 250 hari dalam 360 hari, setiap tahun, kami tidak berada di rumah. Kami tidak berada di dekat orang yang kami cintai. Kami jauh dari orang yang mencintai kami," kata Urs.
"Kami berada di kota-kota yang asing. Kami jet lag. Kami sendiri di kamar hotel. Kami makan apa adanya karena sering kami menyantap menu yang tidak sesuai dengan selera saat itu. Hal-hal seperti itu memang menjengkelkan. Tapi, kami tidak merasa benar-benar telah bekerja keras. Kami menikmatinya."
Dengan deretan "kejengkelan" semacam itu, awak Il Divo tetap tampil dengan tenaga penuh di panggung. Bahkan, mereka masih bisa tampil dengan senyum dan wajah cerah. Hal itu bukan sesuatu yang dibuat-buat sekadar untuk memberi kesan profesional.
"You know, kami selalu tampak bahagia di atas panggung. Itulah menariknya sebuah tur keliling dunia. Kami bepergian jauh, kami gugup dan cemas, tetapi kami tetap tampil di depan audiens yang punya ekspektasi besar bahwa kami akan tampil hebat," tutur Urs.
"Dan, Anda tahu, setiap kali kami sudah berada di pentas, we love the audiences, kami mencintai mereka. Dan, kami menikmati apa yang kami lakukan. Bernyanyi di depan penonton itu menjadi pencerah hari-hari kami."
Salah satu hal yang menggairahkan awak Il Divo dari rangkaian tur yang melelahkan itu adalah ketika mereka tampil di depan massa. Urs ingat ketika tampil di Mulia Resort, Nusa Dua, Bali, Mei tahun lalu. Ketika itu, Il Divo membawakan lagu "Can't Help Falling in Love" dan penonton ikut bernyanyi bersama.
"Kami menyatu satu dengan yang lainnya. Antara panggung dan arena penonton seperti sudah tidak berjarak. Kami menciptakan musik bersama- sama. It's a wonderful thing. Terasa sekali ada keterhubungan yang kuat antara kami dan penonton," kata dia.
"Jadi, rahasia sukses kami, kami mencintai apa yang kami lakukan. Kami suka bernyanyi dan kami bernyanyi dengan jiwa dan hati. Tiada hal lain yang lebih kami cintai selain bernyanyi. Bernyanyi itu membawa kebahagiaan tidak hanya bagi kami sendiri, tetapi juga bagi orang lain, bagi penonton kami," kata Urs. (Frans Sartono)
Il Divo
Urs Toni Bühler
- Lahir: Lucerne, Swiss, 19 Juli 1971
Sébastien Izambard
- Lahir: Paris, Perancis, 7 Maret 1973
David Miller
- Lahir: California, Amerika Serikat, 14 April 1973
Carlos Marín
- Lahir: Spanyol, 13 Oktober 1968
Album:
- Il Divo, 2004
- Ancora, 2005
- The Christmas Collection, 2005
- Siempre, 2006
- The Promise, 2008
- En Barcelona, 2009
- Wicked Game, 2011
- A Musical Affair, 2013.