"Djamin Ginting itu pejuang kemerdekaan dari Sumatera Utara. Sebagai tentara ia otoriter, tetapi di tengah keluarga ia tinggalkan gaya otoriter itu sehingga tidak dibenci keluarganya, malah menjadi panutan," kata Vino, saat syukuran produksi film beberapa hari lalu.
Untuk menghayati peran, Vino belajar sejarah. Ia mencari tahu sosok Djamin Ginting dan kondisi sosial politik di Tanah Karo pada masa sekitar tahun 1930-an.
"Saya jadi tahu bahwa perang pada masa itu belum ada kesatuan militer, belum ada baju resmi seperti tentara sekarang," ujar Vino.
Meski ini film tentang pejuang, tidak banyak adegan peperangan yang ditampilkan.
Menurut Vino, 3 Nafas Likas lebih menampilkan relasi Djamin dengan keluarganya, yakni istri dan anaknya. Dia adalah sosok tegas, tapi tidak paternalistik. Djamin sering mengajak diskusi Likas, istrinya, tentang segala hal. Ia juga mendorong istrinya menjadi perempuan yang maju.
Salah satu semboyan Djamin yang memukau Vino adalah "Bagaimana saya bisa dihargai di luar kalau di keluarga belum dihargai". Ia mengaku menjadi kepala rumah tangga tidak mudah karena harus membimbing keluarga.
Vino dalam beberapa bulan ini sudah mempelajari budaya Batak Karo, bagaimana kehidupan sosial mereka, dan juga dialek percakapan sehari-hari.
Sebelum berangkat syuting ke Karo, Sumatera Utara, ia beberapa kali mendatangi sebuah rumah makan Karo di Cililitan, Jakarta Timur.
"Gue nongkrong ngeliatin cara mereka ngobrol," ujarnya. (Lusiana Indriasari)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.