Situs-situs yang dimaksud oleh Dhani, menurut Dhani, memberitakan bahwa ia dibayar Rp 10 miliar, berdasarkan akun Twitter palsu Fadli Zon dan Mahfud MD, hingga ia akan memotong alat kelaminnya jika calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) menang.
"Kenapa pers yang punya aturan bisa ngambil sumber berita yang notabene fiktif, secara masif dan berjemaah, 17 online. Urutannya (pemberitaan), pascapilpres, kebohongan saya dibayar 10 miliar (rupiah), ditampar Prabowo, tweet tentang potong kelamin," kata Dhani kepada para peliput di Gedung Dewan Pers, Senin.
"Kebohongan yang sangat canggih, dilakukan berjemaah, dan secara serius dilakukan media," imbuh Dhani.
"Memang, modus cerdik seperti itu, tapi enggak boleh diteruskan. Sayang dilakukan di bulan Ramadhan," kata pendukung capres Prabowo Subianto ini lagi.
Personel dan pembentuk band Dewa 19 ini juga mengatakan bahwa mereka yang memuat berita berdasarkan akun palsu dan tanpa konfirmasi dari pihak-pihak bersangkutan merupakan orang-orang yang tidak bermoral. Ia menengarai hal itu sebagai usaha pembunuhan karakter.
"Mereka enggak bermoral, cerdik sih, buat akun palsu. Tapi, ini arahannya jelas, pembunuhan karakter. Makanya, saya datang ke sini (Dewan Pers)," lanjut Dhani.
Dhani melaporkan situs-situs itu ke Dewan Pers karena ia tidak ingin ada pemberitaan lagi soal dirinya tanpa klarifikasi darinya dan hanya mengambil dari internet.
"Dilakukan secara berjemaah dan sistematis dalam pembunuhan karakter. Perlu melaporkan, enggak ingin seperti ini terus berlanjut," ujar Dhani.
Laporan Dhani itu diterima oleh Imam Wahyudi, Ketua Pengaduan Dewan Pers.
"Berharap Dewan Pers memanggil dan (situs-situs itu) meminta maaf supaya praktik kecurangan ini berhenti," ujar Dhani lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.