"Ih, lumayan, Bo, buat nambah-nambahin uang jajan," kata Arumi lalu tertawa ketika berbincang dengan Kompas.com di Plaza Semanggi, Jakarta Selatan, Rabu (27/8/2014) malam.
Menurut Arumi, ide mengelola sampah sehingga mendatangkan uang itu berawal dari keprihatinannya melihat kebiasaan buruk sebagian besar warga Indonesia.
"Karena gini, orang Indonesia itu punya kebiasaan membuang sampah itu kadang-kadang dicampur atau bahkan dibuang di mana-mana, karena mereka enggak lihat dampaknya langsung, sedangkan nanti dampaknya akan banjir segala macam. Walau pun sudah tahu dampaknya, mungkin karena sudah kebiasaan turun temurun, jadi susah juga mengubahnya," jelas duta lingkungan hidup ini.
"Tapi, begitu dengar insentif berupa uang itu, pasti ada sedikit keinginan (untuk menyetor sampah). Walau pun uangnya enggak seberapa, tapi itu sangat berarti buat sebagian orang," lanjutnya.
Untuk bank sampah yang ingin diwujudkannya, Arumi menyasar "nasabah" dari kalangan pelajar.
"Sebenarnya, target bank sampah ini buat anak-anak SMP, SMA gitu, atau bahkan SD, karena yang paling mudah diubah itu anak-anak seumur itu," ujar Arumi.
Untuk menjadi "nasabah" bank sampah, menurut Arumi, tergolong mudah.
"Prosedurnya gampang. Misalnya, beli air mineral botol, sehari adik-adik kita bisa bawa dua botol. Itu dikumpulin saja setiap minggu, terus bawa ke gue buat ditimbang. Itu nanti setiap botol ada harganya. Nah, buat mereka itu lumayan buat nambah uang jajan," jelas Arumi.
"Dari gue nanti akan dibawa ke TPA (tempat pembuangan akhir) yang akan membeli sampah dari kami. Nah, uang itu yang akan kami kasih ke adik-adik yang menyumbang sampah ke kami," sambungnya.
Cita-cita Arumi untuk membangun bank sampah ini juga mendapat dukungan positif dari sang suami.
"Makanya, yang sekarang bisa dikumpulkan adalah yang memiliki value. Arumi mencari orang untuk ikut bergabung membangun bank sampah ini. Kalau bisa nanti lokasinya di dekat rumah kami, di Depok," ujar Emil.
"At least, dengan mengumpulkan yang high value ini mereka mulai bisa memisahkan sampah," timpal Arumi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.