Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Habis Mitoni Terbitlah Baby Shower

Kompas.com - 19/05/2015, 19:04 WIB

Catatan Kaki Jodhi Yudono

Pagi tadi di telivisi saya melihat dua pesohor kita, Ashanty dan Ola Ramelan, menjalani tradisi baru dalam menyambut usia kehamilan tujuh bulan. Nama tradisi yang diimpor dari barat itu adalah baby shower.

Bagi sebagian orang, termasuk saya, istilah ini mungkin masih asing. Saya pun sempat mereka-reka etimologis istilah ini. ‘Shower’ artinya mandi, sedangkan ‘baby’ artinya bayi; mungkin ada hubungannya dengan kegiatan mamandikan bayi? Tapi bagi sebagian lainnya, istilah ini sudah tidak asing. Yup, baby shower adalah sebuah pesta menjelang kelahiran bayi ala Barat yang kini sedang menjadi tren di kalangan pasangan muda Indonesia.

Di layar kaca, nampak suasana pesta kecil yang dibuat bersama teman-teman akrab dua pesohor itu. Menurut info yang saya dapat, acara baby shower memang diselenggarakan sebagai kejutan dari orang-orang terdekat si calon ibu. Bisa sahabat, keluarga, teman kantor, atau tetangga. Konon, ini merupakan sebuah bentuk perhatian dari orang-orang terdekat untuk si calon ibu dan bayi. Tapi yang terjadi kini adalah baby shower lebih sering diadakan atau dipersiapkan oleh si calon ibu sendiri. Anggap saja sebagai pesta motivasi sebelum persalinan. Karena itu, biasanya pesta menjelang kelahiran bayi ini dilakukan beberapa minggu mendekati hari persalinan.

Didorong oleh rasa penasaran, saya pun mencari info mengenai baby shower ini lebih jauh.

Seperti laiknya sebuah acara atau upacara, ritual orang bule ini juga memiliki rangkaian kegiatan, mulai dari mempersiapkan panitia, undangan, waktu, tempat, serta temanya.

Untuk panitia, boleh siapa saja, Bisa sahabat, keluarga dekat, yang sedang mengandung dibantu teman dan kerabat, atau menggunakan jasa party organizer. Sementara undangan ditujukan pada orang-orang terdekat dan handai taulan. Sementara waktu dan tempat idealnya akhir pekan, di sore hari yang santai. Biasanya pesta berlangsung tiga hingga empat jam. Tempatnya bisa di rumah sendiri, atau di lokasi sewaan, baik indoor maupun outdoor.

Tema yang dipilih juga bisa bervariasi. Ayahbunda.co.id mencatat, artis Wulan Guritno memilih tema kerajaan Inggris karena ia terpesona dengan gaya aristokrat Inggris yang elegan dan mewah. Joy Roesma, seorang penulis lepas, mengadakan baby shower bertema warna biru. Tema lain misalnya, Tea Party, Mardi Gras, Safari, Sugar, Spice and Everything Nice atau Litlle Miss Diva. Bila tema sudah ditetapkan, masukkan tema dalam rancangan undangan, dress code, dekorasi dan hidangan.

Selanjutnya undangan dikirim dengan mencantumkan tema pesta dan toko/butik untuk gift registry yang dikirim sebulan sebelum hari H. Untuk membedakan dengan undangan lainnya, pemilihan kata sangat penting. Biasanya menggunakan kalimat seperti, “I'm pregnant, shower me!” atau “Hey, kami sedang menanti sang pangeran!”

Agar acara berlangsung meriah, biasanya ada pembawa acara yang akan membuat suasana baby shower lebih hidup.

Nah, marilah kita bandingkan dengan acara mitoni atau nujuh bulan, sebuah tradisi milik bangsa sendiri yang sebetulnya tak kalah menariknya dengan baby shower. Tujuan dari kedua acara ini relatif sama, yaitu merayakan dan mendoakan kehamilan si ibu serta menyambut kedatangan si bayi. Hanya bedanya, acara tujuh bulanan lebih ditekankan pada nilai religius dan ritualnya. Sedangkan, baby shower acaranya jauh lebih santai, hanya mengundang orang-orang terdekat, yang bertujuan membanjiri si calon ibu dan bayi dengan hadiah-hadiah dari para undangan.

Upacara ‘mitoni’ memiliki arti suatu kegiatan yang dilakukan pada hitungan ke-7. Upacara ini dilakukan sebagai suatu kebiasaan adat Jawa semasa kehamilan seorang ibu mencapai usia kehamilan 7 bulan. Upacara ini bertujuan agar janin dalam kandungan selalu dianugrahi keselamatan.

Acara ini diadakan pada hari tertentu, yaitu hari Senin atau Selasa, atau hanya pada hari Jumat atau Sabtu siang sampai malam. Tidak hanya pilihan hari saja, upacara ini diadakan di tempat khusus, yang dinamakan pasren/petanen atau senthong tengah, yang dalam pengertian Bahasa Indonesia merupakan suatu bilik atau kamar dalam rumah utama tradisional Jawa jaman dulu. Letak ‘senthong’ ini berada di bagian belakang yang dikelilingi oleh bangunan lain seperti pendopo, gandhok, pawon dan sebagainya. Dalam keluarga, ‘senthong’ tengah berfungsi sebagai ruangan meditasi dan berdoa serta penghormatan terhadap Dewi Sri atau Dewi Padi, karena umumnya masayrakat Jawa bermatapencaharian agraris. Namun, karena saat ini kebanyakan rumah tidak memiliki ruangan ini, maka upacara 7 bulanan diadakan di ruang keluarga atau ruangan yang memiliki area yang cukup luas.

Pada acara tujuh  bulanan dilakukan juga berbagai kegiatan, yang tidak hanya oleh bunda, tetapi juga oleh suami. Di antaranya, bunda akan disiram dengan air bunga oleh orang tua, mertua dan suami. Lalu suami memecah dan membelah kelapa cengkir, telur ayam kampung dimasukkan ke dalam kain calon ibu hingga pecah. Selain itu bunda akan mengganti busana sebanyak tujuh jenis kain batik dengan motif khusus dan digendong masuk oleh suami, dan memutuskan lilitan janur, menjalani upacara Brojolan, memecahkan periuk, minum jamu, nyolong endhog, hingga upacara jual rujak atau dodol dawet.

Upacara ini bertujuan untuk mempersiapkan mental calon ayah dan bunda serta seluruh anggota keluarga secara psikologis, dan menjalin tali silaturahmi seluruh keluarga besar. Karena kelahiran si Kecil merupakan hal yang istimewa, dan akan mengemban tugas suci dari Sang Pencipta, semua proses yang terkait kelahiran si Kecil menjadi perhatian seluruh anggota keluarga, termasuk persiapan kelahiran, kecukupan nutrisi bunda dan si Kecil. Seluruh anggota keluarga akan membantu bunda untuk persiapan ini dan tercermin dalam aktivitas keluarga besar dalam upacara tradisional ini.

Seperti pada upacara-upacara lainnya, titik perbedaan yang menyolok antara tradisi timur dan barat adalah pada pemaknaan. Barat, seperti yang terlihat pada acara baby shower, lebih menekankan pada hal-hal artifisial, pada kulit. Sementara pada tradisi Timur, lebih menekankan kepada kedalaman dan spiritualitas. Sehingga yang banyak dimunculkan adalah simbol-simbol yang mewakili doa dan harapan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tentu, kita tidak bisa menghindari saling pengaruh memengaruhi antar budaya. Sejak dahulu hingga kini hal tersebut terus terjadi. Itulah sebabnya kita sekarang mengenal hari valentine, april mop, Halloween, dan lain-lainnya yang datang dari barat.

Dari berbagai definisi tentang kebudayaan dapat diperoleh pengertian, bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Well, kita memang tak perlu cemas-cemas amat ketika sebuah budaya baru masuk. Percayalah, masyarakat sudah tahu bagaimana harus bersikap. Jika budaya baru tak sesuai dengan keyakinan, kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, tentu kebudayaan tersebut tidak akan membesar. Paling-paling, produk budaya tersebut hanya akan di"pakai" oleh sekelompok orang.

Pada budaya baby shower, para "pemakainya" tentulah mereka yang sudah mapan secara sosial dan ekonomi. Maklumlah, untuk menyelenggarakan acara ini konon dihabiskan anggaran sekira tiga sampai lima juta rupiah.

Demikian pula untuk acara mitoni, sekarang ini rasanya sudah menjadi peristiwa yang mewah untuk kalangan menengah ke bawah. Selain membutuhkan uang yang tidak sedikit, juga memerlukan ruang yang cukup luas agar upacara berlangsung dengan hikmat.

Keinginan dan kebutuhan masyarakat itulah kuncinya. Jika masyarakat memang menginginkan dan membutuhkan terselenggaranya sebuah upacara untuk mendapatkan spirit hidup, tentulah upacara tersebut akan terus berlangsung. Sebaliknya, jika masyarakat tidak menginginkan dan membutuhkan, pastilah upacara itu akan ditinggalkan dan lenyap ditelan zaman. Seperti yang terjadi pada beberapa tradisi kita yang kini tinggal cerita, misalnya: tradisi sedekah laut, sedekah bumi, serentaun, dan lain-lain.

@JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com