"Ini film aku yang dibuat bener-bener. Kesulitannya di film ini adalah buat nampilin sesuatu yang beda dari akting di sinetron. Gimana membedakan akting di sinetron dan layar lebar," tuturnya dalam jumpa pers film Magic Hour di Wilshire Restaurant, Jakarta Selatan, Kamis (4/6/2015).
Maka, ia pun rajin bertanya. Baik kepada penulis skenario film Magic Hour, Tisa TS, hingga para kru film. Michelle ingin benar-benar bisa mendalami karakternya sebagai Raina yang bersifat melankolis secara pas.
"Rajin nanya-nanya. Pertamanya tanya dulu sama Mami Tisa. Mau karakter seperti apa? Jangan sampai aku menafsirkannya beda. Akhirnya, aku sering nonton film, cari karakter yang mirip Raina. Aku meniru gesture-nya dan lain-lain," ucapnya.
Magic Hour menjadi film layar lebar perdana produksi Screeplay Films. Sebelumnya, rumah produksi ini telah memproduksi ratusan judul untuk produksi layar kaca melalui sinetron atau film televisi (FTV).
"Industri perfilman nasional memberikan kami kesempatan yang lebih, baik dari sisi ekonomi maupun cakupan dalam pengembangan industri kreatif di Tanah Air," kata produser film Magic Hour, Sukhdev Singh.
Pada debut layar lebarnya, Screenplay Films memilih jenis film drama. "Genre drama memiliki segmen tersendiri yang menurut kami masih cukup menjanjikan," kata Sukdev.
Film yang disutradarai Asep Kusnandar ini semakin kaya visual dengan didukung panorama alam Kawah Ijen. "Magic Hour buatku adalah waktu di mana semua keajaiban, keindahan langit, tergambar di depan mata kita. Indah banget," kata Michelle.
Magic Hour yang pengambilan gambarnya digarap selama 25 hari pada Desember 2014, akan tayang di gedung-gedung bioskop di Indonesia mulai 13 Agustus 2015.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.