Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/08/2015, 07:43 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis

KOMPAS.com – Awal 2015 lalu para penonton Asia's Got Talent dikagetkan dengan aksi panggung tiga orang wanita cantik bersuara pria asal Filipina. Mengusung nama grup vokal "Miss Tres", mereka mampu memukau para juri, termasuk Anggun C. Sasmi.

Tak hanya itu. Para penonton yang menyaksikan langsung di studio bahkan rela bangkit dari kursi untuk memberikan tepuk tangan atas kebolehan vokal Miss Tres.

Memang, ajang pencarian bakat semacam itu selalu menyuguhkan hal menarik bagi penontonnya. Kejutan demi kejutan seakan menjadi bumbu penyedap yang membuat rating acara meroket. Jadi, bukan hal aneh, jika tiap tahun antrean audisi tak pernah sepi peserta. Orang rela berdiri menunggu berjam-jam demi kesempatan unjuk bakat.

Ternyata, pencarian bakat tak berhenti pada olah vokal saja. Banyak juga ajang yang menuntut bakat tertentu dan berhasil mendapatkan penonton setianya sendiri. Ada juga pencarian bakat yang mulai memanfaatkan teknologi internet, bukan lagi televisi. Simak ulasannya berikut ini:

Belajar bisnis

Didanai oleh Donald J Trump dan kawan-kawan, The Apprentice mulai menghiasi layar televisi AS pada 2004. Berbeda dengan kontes bakat lain, acara besutan Mark Burnett ini mengundang para profesional bisnis untuk berguru langsung kepada Donald Trump.

Tak main-main. Pemenang kontes tersebut dihadiahi jabatan presiden direktur di salah satu perusahaan Trump selama minimal satu tahun. Tawaran gajinya pun cukup tinggi, tak kurang dari Rp 3,4 miliar per bulan.

Sampai saat ini, sudah ada sebanyak 24 versi internasional The Apprentice, termasuk di Asia. Bahkan, pada edisi perdana versi Asia, Indonesia memiliki dua orang perwakilan.

Salah satunya adalah Hendy Setono, pendiri Baba Rafi Enterprise (Kebab Turki Baba Rafi, Ayam Bakar Mas Mono, dan Bebek Garang). Saat itu, pria asal Surabaya ini termasuk kandidat yang berhasil membangun bisnis dari nol tanpa menyelesaikan bangku kuliah.

Kontes masak

Setelah ditunjuk sebagai juri di acara Masterchef Indonesia, Junior Rorimpandey atau "Chef Juna" mulai sibuk di layar kaca. Di balik itu, ternyata kontes masak yang telah membesarkan namanya sejak tayang empat tahun lalu ini punya sejarah cukup panjang.

Awalnya, Masterchef pernah digarap sutradara Franc Roddam dengan versi original di Inggris pada 1990. Acara itu mampu bertahan hingga 2001. Lalu, empat tahun setelah rehat, Masterchef kembali dibuat, masih oleh sutradara yang sama.

Tapi, Indonesia dan 39 negara lain mulai tertarik mengadopsi acara itu justru setelah Masterchef dirombak ulang di Australia. Karena keberhasilanya, lahirlah beberapa versi yang sengaja disesuaikan untuk beberapa tipe peserta. Beberapa versi itu meliputi Masterchef: the Professionals yang diperuntukkan bagi para ahli masak, Celebrity Masterchef untuk para penggelut dunia hiburan, dan Junior Masterchef bagi anak-anak.

Selain Masterchef, Indonesia turut mengadopsi kontes masak "Hell’s Kitchen". Dalam acara berdurasi 120 menit ini, Chef Juna juga dipercaya menjadi "Gordon Ramsay" versi Indonesia.

Menjual komedi

Sepuluh tahun sudah Entis Sutisna alias Sule wara-wiri di layar televisi Indonesia. Namun, hingga kini ia tak menyangka, setelah memenangi kontes Pelawak TPI (API) bersama grup "SOS", hidupnya berubah drastis.

Dulu, sehari tampil melawak, ia hanya dibayar Rp 20.000 saja. Sekarang, dengan satu kali manggung, Sule bisa mengantongi Rp 50 juta.

Audisi Pelawak TPI atau API memang sempat menjadi favorit penonton televisi. Pada debutnya di 2005, API bahkan berhasil memenangkan ajang penghargaan Panasonic Award untuk kategori komedi terbaik.

Memang, walau hanya mampu bertahan empat musim, API telah menelurkan pelawak-pelawak baru berkualitas. Sebut saja, Sule, Rina Nose, juga grup lawak "Bajaj" beranggotakan Aden, Isa, dan Melky.

Pembawa acara beken

Setelah sempat vakum selama empat tahun, ajang pencarian VJ (Video Jockey), MTV VJ Hunt, kembali digelar pada 2003. Selain kebolehan membawakan acara, ajang ini juga menantang pengetahuan musik dan budaya pop pesertanya.

Pemenang VJ Hunt nantinya akan menjadi perwakilan MTV Indonesia dan punya kesempatan meliput beragam acara musik nasional dan internasional. Menariknya, pengembangan karir para VJ tak hanya berhenti di situ.

Banyak alumni VJ MTV masih aktif di dunia hiburan. Contoh saja, Sarah Sechan, Cathy Sharon, Daniel Mananta, Evan Sanders, Herjunot Ali (Junot), dan masih banyak lagi.

Eksis via internet

Banyak jalan menuju Roma. Begitu pun, banyak pula pilihan akses untuk unjuk bakat. Salah satunya menggunakan media video dan teknologi internet.

Untuk Anda yang berbakat menyanyi misalnya, Simon Cowell, salah satu juri American Idol dan X Factor, membuka kompetisi olah vokal melalui You Tube. Lewat online video-sharing bernama The You Generation itu Simon memberi kesempatan pada semua kalangan untuk mengunggah hasil video rekamanannya.

Tak perlu khawatir. Sama halnya dengan kontes olah vokal lainnya, pemenang berhak mendapatkan hadiah. Setiap dua minggu sekali, The You Generation akan memberikan uang tunai sebesar Rp 28 juta. Adapun hadiah utamanya akan diberikan di akhir tahun sebesar Rp 1 miliar.

SHUTTERSTOCK Cliponyu merupakan platform buatan Indonesia yang disiapkan untuk menunjang komunikasi interaktif antara host dan audience melalui dunia virtual

Namun, jika Anda ingin mengembangkan beragam bakat secara bersamaan, Cliponyu bisa jadi media pilihan. Situs buatan Indonesia ini termasuk pionir pelayanan streaming show secara real time dan interaktif.

Hanya dalam waktu satu tahun layanan ini telah menjadi the biggest live streaming show di Indonesia. Sebanyak 3,5 juta orang telah mendaftar dan sekitar satu juta diantaranya adalah pengguna aktif. 

Tawaran menjadi host

Pada dasarnya, Cliponyu adalah tempat "pertemuan" para host (pembawa acara) dengan pengunjung dan penggemar mereka. Kabar baiknya, Cliponyu juga melakukan open recruitment terbuka sebagai host. Selain waktu siaran yang fleksibel, Cliponyu akan membantu para host mereka mengembangkan bakat melalui serangkaian pelatihan.

Sebutlah Citra Ayuzawa, misalnya. Mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta itu mengaku sempat ragu dan takut ketika tawari menjadi host Cliponyu.

Namun, setelah datang ke kantor dan melewati tahap wawancara, dia pun melangkah dengan mantap. Berbekal bakat musik dan akting, Citra perlahan memiliki banyak penggemar.

"Ada pengunjung Cliponyu dari luar negeri yang selalu stand by setiap saya siaran. Seperti 'clippers' (sebutan bagi pengguna Cliponyu) asal Malaysia dan Singapura," tuturnya.

Tak jauh berbeda, rekan duet Citra, yaitu Kyputri atau Putri, juga memutuskan bergabung untuk mengolah bakatnya. Bahkan, perempuan yang bercita-cita menjadi pembawa acara berita setelah lulus kuliah itu mengaku telah beberapa kali menjadi host off air di beberapa acara.

"Untuk membuat siaran lebih menarik, saya pernah melakukan permainan tantangan atau membahas topik yang jadi headline saat ini," ungkap Putri.

Nah, kira-kira, kontes bakat apa yang cocok dengan minat Anda?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com