Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Butet Kertaradjasa: Pak Ahok, Kalau Marah-marah Terus, Dicapit Kepiting

Kompas.com - 03/09/2015, 16:04 WIB
Yulianus Febriarko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Seniman asal Yogyakarta, Butet Kertaradjasa (53), menampilkan pertunjukan monolog tentang Kompas ketika ikut memeriahkan acara Memanggungkan Indonesia, yang diadakan dalam rangka ulang tahun ke-50 harian tersebut di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (2/9/2015) malam. Dengan gaya khasnya, Butet menceritakan perjalanan Kompas, yang ia kemas secara singkat sekaligus menarik.

"Kompas telah memandu perjalanan bangsa ini. Pak Jakob Oetama (pendiri Kompas) itu memilih sebagai begawan. Dia tidak tergoda dengan segala kekuasaan dan iming-iming," katanya dari panggung di hadapan mereka yang hadir, termasuk Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri.

Butet pun melanjutkan monolognya dengan menirukan cara bicara Jakob. Hadirin pun tertawa atau tersenyum sembari mengangguk-anggukkan kepala.

"Kita harus pandai bersyukur dan harus tahu diri. Jurnalisme kita adalah jurnalisme kepiting. Kepiting akan mencapit bila keadaan genting. Makanya, wartawan Kompas harus bisa menghibur yang berkekurangan dan menggugat yang berkekuasaan," sambungnya.

Butet juga menyentil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dengan nada canda.

"Makanya, Pak Ahok, kalau marah-marah terus, nanti dicapit kepiting, lho. Petinggi-petinggi ini juga," katanya lagi, diikuti tawa mereka yang hadir.

Kakak seniman Djaduk Ferianto ini lalu mengatakan, dengan prinsip yang demikian, Kompas mampu beradaptasi dengan zaman dan dibutuhkan untuk merajut Indonesia.

"Karena berprinsip itulah Kompas jadi ke-Indonesia-an kita," ujarnya menutup monolognya.

Pertunjukan monolog Butet diakhiri dengan penampilan dari trio tenor Libero, yang membawakan lagu "Bendera", ciptaan Eros Chandra, dengan iringan dan aransemen musik dari Erwin Gutawa Orchestra. Bekerja sama dengan Alpha Plus Dancer, mereka memvisualkan suasana 1965 ketika Kompas untuk kali pertama terbit, hingga 2005 ketika Kompas mengubah tampilannya.

Selain itu, Erwin Gutawa Orchestra, yang terdiri dari 50 pemusik, juga bekerja sama dengan sejumlah vokalis untuk membawakan 11 lagu tentang perjalanan Kompas selama 50 tahun. Para vokalis itu, antara lain, Judika dengan lagu "Bongkar" (yang dipopulerkan oleh Iwan Fals); Dira Sugandhi dengan lagu "Harmoni" (PADI); Sruti Respati dengan "Tanah Airku" (Kelly Puspito); Bandanaira (Lea Simanjuntak dan Irsa Destiwi); Ivan Nestorman; serta kerja sama lintas generasi antara Vina Panduwinata dengan para personel Di Atas Rata-Rata, dengan lagu "Seni" (Guruh Soekarnoputra).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau