"13 Hours", Upaya Pertahankan Hidup di Kota Berbahaya

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemberontakan rakyat Libya terhadap Presiden Moammar Khadafi pada 2011 berhasil menumbangkan rezim sang diktator. Namun, konflik malah terus menerus menghantui negara tersebut.

Film 13 Hours: The Secret Soldiers of Benghazi karya sutradara Michael Bay mengambarkan bagaimana saling rebut kekuasaan dan peredaran perdagangan senjata ilegal membuat negara tersebut amat rawan dan berbahaya.

Apalagi, kota Benghazi pun ditetapkan sebagai kota paling berbahaya di dunia.

Diadaptasi dalam buku berjudul "13 Hours: The Inside Account of What Really Happened in Benghazi" karya laporan jurnalistik Mitchell Zuckoff pada 2013, film tersebut mengisahkan tentang sekelompok mantan pasukan elit yang disewa oleh CIA. Mereka dikirim untuk mempertahankan properti milik Amerika di Benghazi.

Di Libya, Amerika Serikat punya kepentingan terhadap negara tersebut. Duta besar Christopher Stevens dikirim ke Libya untuk melaksanakan misi diplomatiknya.

Namun, saat di dalam perjalanan menuju Kota Benghazi, pasukan elit tersebut mendapatkan serangan kejutan dari kelompok pemberontak.

Kesulitan pun bertambah setelah tentara Libya yang merupakan sekutu malah tidak mempercayai tim mereka.

Dalam film berdurasi 144 menit itu, Bay cukup ciamik meramu adegan tempur antara pasukan elit Amerika dengan pasukan pemberontak.

Ia bisa melepas bayang-bayang adegan tempur dari film Transformers yang sudah digarapnya lima sekuel.

Hanya saja, dentuman efek sound seperti tembakan granat masih terasa selayaknya menonton film Transformers.

Adapun sederet pemain yang membintangi adalah James Badge Dale, John Krasinski, Max Martini, Toby Stephens, Pablo Schreiber, David Denman, Dominic Fumusa, Freddie Stroma, dan Alexia Barlier.