JAKARTA, KOMPAS.com — Musisi Ahmad Dhani melontarkan pernyataan mengejutkan pada Selasa (26/4/2016). Ia menyatakan mundur dari bursa bakal calon dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017.
Dhani masuk dalam bursa bakal calon gubernur dari Partai Kebangkitan Bangsa. Ketua DPP PKB Jazilul Fawaid mengatakan, salah satu pertimbangan partainya adalah perhatian Dhani pada bidang seni.
Menurut Jazilul, Dhani juga dianggap sering memberikan analisis politik. Dhani juga dinilai sangat mengetahui kondisi Jakarta yang merupakan kota metropolis.
Meski demikian, ia menekankan, PKB masih akan melihat tingkat popularitas dan elektabilitas Dhani.
"Tentu, ini baru bursa. Nanti, kami hitung ulang bersama elektabilitasnya, keterkenalannya, kesukaan, popularitasnya, baru nanti diteruskan," ujar Jazilul saat dihubungi, Rabu (10/2/2016).
Keseriusan PKB mengusung Dhani pun ditandai dengan kedatangan Ketua DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DKI, Hasbiallah Ilyas, ke rumah Dhani pada Rabu.
Hasbi mengatakan, partainya sedang melakukan penjaringan dan akan mengutamakan kader internal terlebih dahulu, seperti Dhani, untuk diusung.
"Kalau ada kader yang lebih bagus, asli orang NU, kenapa kita enggak angkat dari internal sendiri?" ujar Hasbi.
Dukungan kepada internal dilakukan walaupun, kata Hasbi, jumlah kursi PKB di DPRD DKI hanya enam kursi. Sementara itu, syarat partai politik untuk dapat mengusung calon gubernur adalah memiliki 22 kursi di DPRD.
Dukungan
Tidak berhenti di PKB, Dhani juga menghadiri acara silaturahim bakal calon gubernur DKI Jakarta yang digelar Partai Gerindra, di Hotel Aryaduta, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (12/2/2016).
Pada acara itu, Dhani mengaku merupakan satu-satunya orang yang dicalonkan PKB, GP Ansor, dan NU pada Pilkada DKI.
"Saya kan di sini mewakili PKB, GP Ansor, dan NU-ya. Artinya, ini bukan kemauan saya sendiri. Pokoknya, saya itu enggak seperti yang sudah-sudah. Saya itu termasuk orang yang setia sama partai, termasuk sama PKB, ya. Orang kan tidak tahu saya di PKB itu dari tahun 1990-an. Di NU memang dibolehkan," tuturnya.
Selang beberapa hari setelah Dhani datang ke acara Partai Gerindra, Ketua Tim Penjaringan Cagub Partai Gerindra DKI, Syarif, menyambangi kediaman Dhani pada Rabu (17/2/2016).
"Kami sedang mempertimbangkan agar Ahmad Dhani masuk ke penjaringan Partai Gerindra tahap kedua pada 20 April nanti," kata Syarif.
Syarif mengatakan, Ahmad Dhani merupakan salah satu sosok potensial. Dia merasa sosok Ahmad Dhani memenuhi kriteria pemimpin yang diinginkan Gerindra.
"Karena kita ingin bangun Jakarta tanpa menyakiti," ujar Syarif.
Terkait dengan masuknya Dhani dalam penjaringan PKB dan Partai Gerindra, Dhani mempunyai jawabannya agar tidak membuat bingung warga Jakarta.
"Jadi, sebenarnya gini, lho. Ada kebingungan, Dhani ini kader PKB atau Gerindra. Saya dua-duanyalah," ujar Dhani.
Safari politik
Setelah dipastikan masuk dalam penjaringan calon gubernur dari PKB dan Gerindra, Dhani gencar melakukan komunikasi politik dengan tokoh-tokoh lain.
Politisi dan pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra, yang juga bakal cagub, bahkan juga mendatangi rumah Dhani pada Jumat (4/3/2016) terkait Pilkada DKI Jakarta.
Selain itu, Dhani pun mendatangi kediaman bakal cagub lainnya, yakni Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno pada Jumat (25/3/2016).
Menurut Sandiaga, terlepas dari pro dan kontra atas niat Dhani bertarung dalam pilkada itu, Sandiaga memuji pentolan band Dewa 19 tersebut.
"Mas Dhani ini suatu fenomena ya di politik Indonesia, dia tokoh yang sangat populer yang mencalonkan diri di ibu kota negara. Ini layak diapresiasi," kata Sandiaga.
Meski sudah bertemu Yusril dan Sandiaga, Dhani enggan untuk bertemu dengan petahana, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
"Kalau saya jelas, sudah tidak mungkin aja sama Ahok. Jadi, kalau misalkan saya dibayar Rp 1 triliun untuk jadi wakilnya Ahok, saya juga enggak mau," ujar Dhani.
Kurang modal
Belakangan, keseriusan Dhani maju pada Pilkada DKI Jakarta mulai dipertanyakan. Ketika partai-partai politik membuka pendaftaran bakal calon gubernur, termasuk PKB, Dhani tidak kunjung mendaftar.
Ketika ditemui di sela pembukaan tempat karaoke miliknya di Buaran, Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa (26/4/2016) malam, Dhani justru mengungkap keputusan mengejutkan.
Dhani menyatakan mundur dari bursa bakal calon gubernur DKI Jakarta untuk Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017.
Padahal, namanya cukup populer. Bahkan, survei Populi Center menunjukkan, popularitasnya menempel ketat sang petahana. Tingkat popularitas Ahok mencapai 98,5 persen, sementara Dhani 96 persen, atau hanya selisih 2,5 persen.
"Jadi, gini ya, variabel untuk jadi calon gubernur itu tidak hanya popularitas dan elektabilitas. Ternyata, ada yang belum saya punya selain elektabilitas dan popularitas itu. Ya itu tuh, 'isi tas'," kata dia.
Yang dia maksud dengan isi tas adalah modal dana. Ia tidak memiliki dana cukup untuk bertarung dalam pemilihan kepala daerah, apalagi di Jakarta.
Karena itu, kata Dhani, dia sudah tidak punya daya lagi untuk bertarung memperebutkan jabatan gubernur. Dhani akhirnya mengalihkan fokusnya pada posisi calon wakil gubernur DKI Jakarta.
"Kalau wakil masih yakinlah. Kalau gubernur, kayaknya sudah dikasih sinyal bahwa 'isi tas' saya kurang, meskipun popularitas saya tinggi," kata Dhani.
Ia membuka peluang untuk dipilih menjadi bakal wakil gubernur untuk sejumlah tokoh, seperti Yusril Ihza Mahendra, Sandiaga Uno, dan Adhyaksa Dault.
"Ya kalau saya secara hierarki tuh pasnya wakil ya. Jadi, secara hierarki, enggak mungkin Adhyaksa, Sandiaga, Yusril jadi wakilnya Dhani. Biar lebih sopanlah," ujarnya.
"Saya sih (jadi wakil) siapa aja siap, asal tidak sama Ahok."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.