Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bergoyang Dangdut di Konser "Simfoni untuk Bangsa"

Kompas.com - 04/09/2016, 17:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Banyak orang menganggap konser musik orkestra identik dengan lagu-lagu seriosa yang dibawakan secara kaku oleh seorang pria perlente bersuara berat nan menggelegar atau seorang wanita bergaun mewah dengan olah vokal melengking tinggi.

Namun, salah kaprah macam itu bisa segera berubah, apalagi setelah menonton langsung pergelaran konser "Simfoni untuk Bangsa 2016" yang dipimpin konduktor muda berkaliber dunia, Avip Priatna, Sabtu (27/8) malam.

Avip yang telah lama berkiprah dan berprestasi di kancah musik orkestra dalam dan luar negeri itu tampak tak ragu-ragu menghadirkan kejutan bagi para penonton yang datang ke gedung Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, pada malam Minggu.

Sebuah kejutan berbentuk paduan ciamik antara musik orkestra, paduan suara, dan musik dangdut.

Bagi sebagian kalangan, termasuk juga diakui Avip sendiri, perpaduan seperti itu terbilang "tak lazim".

Namun, lantaran digarap dengan serius, persembahan Avip tadi justru mengundang tepuk tangan membahana para pengunjung konser.

Setidaknya ada dua lagu dangdut dibawakan Avip bersama Jakarta Concert Orchestra (JCO). Kedua lagu itu antara lain "Begadang" dan "Andeca Andeci".

Lagu pertama dikenal sebagai karya monumental sang "Raja Dangdut" Rhoma Irama yang juga menjadi lagu tema (theme song) film berjudul sama, Begadang (1978), karya sutradara Maman Firmansyah.

Sementara itu, lagu dangdut kedua yang dibawakan berjudul "Andeca Andeci" dikenal sebelumnya sebagai lagu tema film komedi Mana Tahan (1979) yang disutradarai Nawi Ismail dengan bintang utama kelompok lawak Warung Kopi Dono, Kasino, dan Indro (Warkop DKI).

Perlu keberanian
Seusai pertunjukan, Avip menyatakan perlu banyak keberanian untuk bisa "bereksperimen" memadukan lagu bergenre dangdut dan musik orkestra seperti itu.

"Ya, memang baru pertama ini saya memasukkan lagu dangdut. Dalam konser-konser sebelumnya paling sebatas membawakan lagu-lagu daerah Nusantara," ujar Avip tersenyum lebar usai konser.

Saat membawakan lagu "Begadang" tadi, penyanyi tenor Renno Krisna dan kelompok paduan suara Batavia Madrigal Singers tampil prima dan memukau.

Ditambah dengan koreografi ala kabaret serta aksesori kostum yang mendukung macam kain sarung, topi, dan tas panggul, mereka tampil dengan sangat meyakinkan sesuai tema lagu yang dibawakan.

Olah vokal dan cengkok dangdut Renno ditambah alat musik gendang khas dangdut memang sengaja ditonjolkan Avip agar ciri khas aliran musik kalangan rakyat kebanyakan itu tetap terasa orisinal.

"Penyanyi-penyanyi kami memang serba bisa. Main (musik) klasik, ya, ayo. Pop boleh. Dangdut pun juga enggak masalah. Kepada arranger saya minta agar membuat aransemen yang otentik dan mendekati lagu asli," tambah Avip.

Dalam konser Sabtu malam itu Avip memboyong kelompok ensemble vokal Batavia Madrigal Singers (BMS) dan The Resonanz Children's Choir.

Mereka juga diperkuat lagi oleh sejumlah penyanyi solo, seperti Farman Purnama, Valentina N Aman, Renno Krisna, Yosefin Emilia, Teddy Panelewen, dan Stefani Yang.

Dalam pergelaran berdurasi 1,5 jam kali ini Avip melibatkan sedikitnya 38 pemain musik dan 109 penyanyi yang terdiri dari para solis dan paduan suara.

Pebiola solo (concertmaster), Michelle Siswanto, juga berunjuk kebolehan di lagu "Cinta Pertama" karya Idris Sardi, lagu tema film berjudul sama karya sutradara Teguh Karya (1973).

Michelle juga ikut tampil di lagu terakhir konser, "Fantasi Badai Pasti Berlalu", yang dikenal sebagai lagu tema film Badai Pasti Berlalu (1979), juga karya sutradara legendaris Teguh Karya.

Patriotik, cinta, dan anak
Dalam pergelaran kali ini, Avip dan orkestranya membawakan sedikitnya 18 lagu tema film yang berasal dari sejumlah karya film fenomenal pada masanya.

Beberapa di antaranya film klasik, seperti 6 Jam di Jogja (1951) dan Tiga Dara (1956), keduanya karya sutradara besar, Usmar Ismail.

Ada pula sejumlah lagu tema dari beberapa film patriotik modern macam Bendera (2002) yang disutradarai Nan Achnas, Soekarno (2013) disutradarai Hanung Bramantyo, dan Garuda di Dadaku (2009) oleh sutradara Ifa Isfansyah.

Tak lupa pula turut dimainkan lagu dari beberapa film bertemakan cinta produksi era tahun 2000-an, seperti Heart (2006) karya sutradara Hanny Saputra serta Ayat-ayat Cinta (2008) dan Perahu Kertas (2012), keduanya disutradarai Hanung Bramantyo.

Tak ketinggalan tentunya film cinta remaja fenomenal Ada Apa dengan Cinta? (2002) karya sutradara Rudy Soedjarwo dan Dealova (2005) karya sutradara Dian W Sasmita.

"Kami memilih lagu-lagu yang menonjol dan fenomenal pada masanya, mulai dari era 1950-an sampai 2000-an seperti sekarang," lanjut Avip.

Konser orkestra kali ini juga disegarkan dengan penampilan energik dan riang gembira kelompok paduan suara anak-anak yang juga pimpinan Avip, The Resonanz Children’s Choir. Mereka membawakan lagu-lagu tema film anak-anak.

Selain aransemen dan kemampuan kelompok orkestra dan para penyanyinya yang prima, kelebihan konser kali ini lantaran dilengkapi kemasan menarik.

Salah satunya dengan menayangkan dahulu cuplikan film yang lagu temanya akan dimainkan lewat layar besar di bagian belakang panggung.

Sebuah pentas yang pantas mengundang decak kagum. (WISNU DEWABRATA)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 September 2016, di halaman 18 dengan judul "Bergoyang Dangdut di Konser ”Simfoni untuk Bangsa”".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com