Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cakravala Mandala Dvipantara Bawa Musik Tradisional Nusantara Campur Musik "Barat" ke Frankfurt

Kompas.com - 14/10/2016, 10:59 WIB
Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com -- Grup musik kontemporer Cakrawala Mandala Dvipantara (CMD) dari Bandung, Jawa Barat, akan membawa musik yang memadukan musik tradisional nusantara dengan jazz, blues, atau rock progresif ke Frankfurt Book Fair (FBF) 2016.

FBF 2016 akan diadakan di Frankfurt, Jerman, pada 19-23 Oktober 2016.

CMD menaungi tujuh anak muda, yaitu Bintang Manira Manik, Safina Tiara Nadisa, Said Abdullah, Pangestu Hning Bhawana, Rifky Adam, Yudi Taryudi, dan Ganjar Purnama.

Untuk mewujudkan konsep musik mereka itu, CMD menggunakan alat-alat musik bas, gitar, biola, dan drum, serta kendang, tabla, gambus, karinding, kecapi, shurti, suling, tarawangsa, rebab, dan tarumpet penca,

Di Jerman, mereka juga tampil dalam acara-acara lain di tempat-tempat lain.

"Selain di Frankfurt Book Fair, kami akan melanjutkan misi budaya kami di Wiesbaden dengan penampilan 27 Oktober 2016 dan di United Nations Day di Bonn pada 29 Oktober 2016," terang Bintang Manira Manik, Music Director CMD, dalam jumpa pers di Sasana Budaya Ganesha, Kota Bandung, pada Kamis (13/10/2016).

Pada FBF 2016, CMD mendapat 13 jadwal pertunjukan dalam lima hari. Mereka menyiapkan 45 lagu.

Mereka juga akan berkolaborasi dengan dua pesilat Betawi Ramdhani Silibet dan Asril Umay dari perguruan silat Inti Raga Silibet.

Bintang menjelaskan bahwa komposisi musik yang dimainkan oleh CMD diberi nama Raag of Javadwipa.

Komposisi musik itu diharapkan bisa menjadikan musik tradisional nusantara mendunia dengan memadukannya dengan musik "barat".

"Intinya, world music yang mereprensentasikan Indonesia tidak hanya lewat seperti yang sudah-sudah," harapnya.

CMD akan dibawa oleh kurator pertunjukan FBF 2016, Endo Suanda.

Endo mengatakan bahwa CMD dipilih karena para seniman muda tersebut bagai tidak terbebani oleh batasan tradisional dan modern atau pribumi dan asing.

"Sepanjang itu bisa dicerna, diolah, diungkapkan dalam suatu bungkusan ekspresif yang membuat nyaman," ujar Endo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com