Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Angin Segar Hiburan Televisi

Kompas.com - 16/10/2016, 19:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Panasonic Gobel Awards menghadirkan kesegaran baru pada pergelarannya yang memasuki tahun ke-19.

Tak sekadar membagikan piala dengan mengandalkan voting penonton, Panasonic Gobel Awards 2016 juga menghadirkan kategori baru dengan melibatkan kerja dewan juri.

Mengusung tema "Kebanggaan Indonesia", Panasonic Gobel Awards ingin benar-benar menghadirkan televisi sebagai kebanggaan bangsa.

Kategori baru yang dihadirkan pada malam penghargaan pada Jumat (14/10/2016) di XXI Djakarta Theater adalah nominasi insan pertelevisian terbaik yang untuk pertama kalinya dihadirkan setelah 19 tahun penyelenggaraan.

Dewan juri yang dilibatkan dalam pemilihan terdiri dari Rhenald Kasali, Erwin Parengkuan, Ferdi Hasan, Maudy Koesnaedi, Frans Sartono, Olga Lydia, dan Wendy Sofyan dengan nominasi: Andre Taulany, Andy F Noya, Chelsea Islan, Dude Harlino, dan Najwa Shihab.

Dengan sistem skor, dewan juri akhirnya memilih Najwa Shihab sebagai insan pertelevisian terbaik.

Najwa yang hadir sejak awal acara segera naik panggung bersama Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Yuliandre Darwis, Presiden Komisaris Panasonic Gobel Indonesia Jusman Syafii Djamal, dan Ketua Penyelenggara Panasonic Gobel Awards (PGA) 2016 Rama Datau.

Najwa tampak terharu dengan suara bergetar ketika menerima piala.

"Saya teringat beberapa waktu lalu ada survei: 92 persen penduduk Indonesia mendapat informasi dan hiburan terutama dari televisi. Industri kita ini industri yang luar biasa berpengaruh. Apa pun yang kita tampilkan di depan layar akan membawa dampak besar atau kecil pada wajah dan kepribadian negeri. Penghargaan ini, insan pertelevisian terbaik, akan selalu menjadi pengingat bahwa ini adalah tanggung jawab dan kebanggaan profesi yang tidak boleh dianggap enteng," tutur Najwa.

Program Mata Najwa yang juga dibawakan oleh Najwa Shihab turut dinominasikan untuk kategori News Talkshow.

Sebelumnya, Najwa bersama Duo Danang-Darto juga sempat naik panggung untuk membacakan kategori talkshow yang dimenangi Rumah Uya.

Duo Danang Darto menyebut Najwa sebagai presenter yang smart, tajam, pemilik mantra layar kaca, kata-katanya selalu membuat terkesima, dan darinya banyak ilmu yang diserap."

Menurut Najwa, sebuah talkshow memang harus mampu menghadirkan perbincangan yang menarik dan dikemas apik.

"Ngomongin apa pun, termasuk ngomongin politik, harus bisa asyik seperti nonton musik," tambah Najwa.

Voting pemirsa
Berdasarkan voting pemirsa yang digelar mulai dari 1 September hingga 7 Oktober, ada 22 piala yang diperebutkan yang dibagi menjadi kategori program dan individu.

Keterlibatan pemirsa televisi untuk menentukan pilihan cukup tinggi, yaitu berjumlah lebih 600.000 voting.

Untuk kategori program antara lain dibagi menjadi kategori drama seri, infotainment, pencarian bakat & reality show, berita, dan film televisi.

Sementara kategori individu antara lain mencakup aktor terfavorit, aktris terfavorit, komedian terfavorit, dan presenter berita terfavorit.

Aktor terfavorit pilihan pemirsa diraih Dude Harlino yang telah enam kali memperoleh piala PGA.

Yang terpilih sebagai aktris terfavorit kali ini adalah Prilly Latuconsina.

Untuk kali kedua, Denny Cagur meraih piala komedian terfavorit, sedangkan presenter berita terfavorit diraih Ibnu Jamil.

Raffi Ahmad memenangi kategori presenter program hiburan terfavorit. Raffi juga kembali naik panggung ketika Pesbukers kembali meraih program komedi terbaik empat kali berturut-turut.

"Mudah-mudahan panjang umur Pesbukers. Cicilan banyak," tambah Raffi yang adalah pembawa acara Pesbukers ketika ikut berbicara di atas panggung PGA.

Mewadahi kecintaan pemirsa televisi Indonesia pada tontonan lokal, PGA 2016 juga menghadirkan kategori film televisi.

Ketika nominasi dibacakan, cukup banyak penonton yang tertawa geli.

Bagaimana tidak? Beberapa judul dari kategori film televisi ini sangat unik, seperti, Cinta Masih Lewat Getek, Cinta Tukang Becak Dangdut, Mengejar Cinta Dosen Cantik, Pangeran di Kandang Bebek, dan Pembantuku Jodohku.

Pemenangnya adalah Mengejar Cinta Dosen Cantik, tetapi sayangnya tidak ada perwakilan yang hadir untuk menerima piala secara langsung.

Jeda di antara pengumuman pemenang dimeriahkan dengan kehadiran artis papan atas, seperti Agnes Monica yang tampil energik membawakan lagu "Flying High".

Dengan rambut dicat abu-abu dan didampingi empat penari latar, Agnes menyuguhkan lagu sekaligus tarian yang cukup menguras tenaga.

Kehadirannya dengan napas tersengal dan kucuran keringat mampu menghangatkan malam dan menyuguhkan keceriaan.

Target ASEAN
Sejak awal, menurut Taty Gobel, PGA dirancang untuk memberi apresiasi terhadap industri pertelevisian Tanah Air.

"Kalau dengar kata Pak Rachmat Gobel, PGA dibuat dengan alasan karena pada masa krisis tahun 1990-an, banyak tayangan telenovela sehingga konten lokal berkurang. Akhirnya, PGA lahir untuk memberi semangat bagi praktisi industri televisi untuk berkarya," kata Taty yang juga pemilik agensi periklanan GO-AD.

Tema "Kebanggaan Indonesia" sengaja diusung kali ini untuk memperlancar jalan bagi rencana PGA untuk naik level.

Pada penyelenggaraan ke-20, tahun mendatang, PGA berencana memperluas jangkauan ke industri pertelevisian dengan lingkup yang lebih luas, yaitu kawasan ASEAN.

"Tayangan televisi harus mampu memberi pendidikan bagi pemirsa Indonesia," lanjut Taty.

Televisi Indonesia ke depan, Taty mengutip Rachmat Gobel, harus memiliki unsur edukatif, memiliki nurani, jangan mengajarkan kemarahan, tidak emosional, dan tidak tercerabut dari akar sebagai orang Timur.

Target PGA tersebut hingga kini sayangnya masih belum tercapai.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas PGA itu juga sudah dimulai tahun ini dengan pelibatan dewan juri, tak sekadar mengandalkan voting SMS atau media sosial.

"Supaya hasilnya tidak datar. Supaya program televisi tidak hanya komersial, tetapi juga mengedepankan edukasi dan etika," ujarnya.

Pengamat budaya komunikasi yang juga dosen Pascasarjana Universitas Pasundan, Bandung, Idi Subandy Ibrahim, menambahkan bahwa tayangan televisi masih memegang peranan penting, terutama bagi kalangan masyarakat ekonomi menengah ke bawah.

Di tengah banyaknya alternatif tontonan, seperti televisi kabel dan internet, televisi masih menjadi bagian penting di ruang keluarga sebagai alternatif hiburan.

Televisi masih memegang peran penting, terutama untuk sosialisasi nilai sekaligus sebagai orangtua kedua dan pengganti guru.

Bahkan, ada yang menyamakan televisi sebagai second god atau Tuhan kedua saking pentingnya peran dalam penanaman nilai.

Bagi masyarakat menengah ke atas, televisi cenderung hanya ditonton dengan menyesuaikan waktu atau jika dianggap mendukung profesi atau hobi.

"Bagi kalangan tertentu, televisi ibarat meja makan yang baru, sebagai tempat berkumpul. Orang bisa saja tidak makan bareng, tetapi nonton bareng. Menjadi katarsis paling murah untuk menghilangkan penat," ujarnya.

Dulu, lanjut Idi, televisi didikte kekuasaan, tetapi sekarang cenderung lebih didikte oleh selera pasar.

"Tayangan masih didominasi kesenangan, sukses seketika, tanpa kedalaman, persoalan rumah tangga yang diselesaikan mudah, dan hidup seolah tanpa proses," tambahnya.

Idi menyayangkan tayangan untuk penonton dewasa yang kekanakan, sebaliknya tayangan anak-anak justru diramu lebih dewasa ditambah dengan pemasangan iklan yang peruntukannya dewasa.

Ia juga melihat masih ada kesewenangan dalam membuat acara yang cenderung manipulatif.

Di tengah masih banyaknya pekerjaan rumah di industri pertelevisian, secercah harapan tetap ada. Masih ada sebagian acara televisi yang cukup idealis.

"Kurangnya persaingan membuat industri televisi memproduksi program serba gampang dan murah sehingga tayangan menjadi seragam yang menjadikan nilai hedonisme menjadi cara berpikir yang sayangnya masih mendominasi," kata Idi.

Ajang penghargaan seperti PGA menjadi salah satu alternatif untuk memicu tumbuhnya iklim persaingan yang positif.

Dengan semakin banyaknya ajang serupa, kreativitas insan pertelevisian dituntut untuk terus didongkrak.

Dan, tayangan televisi diharapkan menjadi lebih edukatif dan menjadi agen sosialisasi nilai.(Mawar Kusuma)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Oktober 2016, di halaman 20 dengan judul "Menanti Angin Segar Hiburan Televisi".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com