Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Album Fisik Tak Boleh Ditinggalkan di Era Digital?

Kompas.com - 09/03/2017, 13:56 WIB
Andi Muttya Keteng Pangerang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Peta industri musik Tanah Air sudah berubah sejak teknologi dan internet kian berkembang. Namun, di tengah era digital, pengamat musik Bens Leo justru menekankan agar album fisik jangan sampai ditinggalkan.

"Meskipun eranya digital, setiap musisi juga harusnya tetap mengedarkan album fisik rekaman," ucap Bens kepada Kompas.com via telepon pada Rabu (8/3/2017) malam.

Ia menyebut album CD dan piringan hitam (vinyl) bisa menjadi bukti eksistensi, tak cuma bagi sang penyanyi tetapi juga semua pihak yang terlibat dalam produksinya, dari produser eksekutif hingga perancang sampul album.

"Betapa pentingnya fisik album itu untuk memberikan ruang bagi seniman pendukung sebuah rekaman. Misalnya, nama sound engineering, nama pemain musik, produser, desainer cover-nya, sampai detail (tata) rambut dan kostum oleh siapa (tercantum). Itu gunanya album fisik," ucapnya lagi.

Lagi pula, masih ada ajang penghargaan musik yang konsisten memberi apresiasi terhadap seniman pendukung sebuah karya musik. Contohnya, penghargaan untuk perancang sampul album.

"AMI (Anugerah Music Indonesia Awards) masih memberi penghargaan Desain Cover Terbaik, masih memberi ruang kreativitas bagi seniman yang berada di lingkaran musik. Kalau hanya buat (versi) digital, mereka menjadi tidak diapresiasi sama sekali," jelasnya.

Di samping itu, lanjutnya, album fisik masih menjadi syarat seorang insan musik guna memperoleh haknya berupa royalti.

"Cuma 500 keping, enggak masalah, yang penting harus ada. Data ini juga harus diserahkan ke lembaga yang terkait royalti. Misalnya, KCI (Karya Cipta Indonesia), lembaga yang meng-collect royalti untuk diberikan ke musisi. Jadi, fisik album tetep berguna sampai kapan pun juga," katanya.

Alasan terakhir adalah masih banyak kolektor album fisik yang rela merogoh kocek dalam-dalam demi mendapatkan CD ataupun vinyl. Jadi menurut Bens, tak perlu khawatir pasar album fisik bakal mati.

"Para kolektor ini mampu membeli dengan jumlah cukup tinggi dan harga tinggi. Di Indonesia cukup banyak kolektor. Mereka mengumpulkan lagu baru dan lama. Beberapa di antaranya sudah kayak (punya) museum. Mereka menganggap fisik album penting meskipun sekarang kita sudah masuk era digital," ujarnya.

"Manfaatkan kesempatan membuat fisik album menjadi lebih indah. Desain cover-nya mesti bagus juga. Karena itulah tidak ada kata menyerah bagi mereka yang punya kreativitas tinggi di dunia musik," tambah Bens.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau