JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa tak ingin memiliki tubuh sehat? Selama kurun waktu puluhan tahun orang menjalani gaya hidup modern yang efeknya dipetik kini: penyakit bermunculan menggerogoti tubuh.
Baru beberapa tahun belakangan ini, kesadaran akan gaya hidup yang “salah” itu timbul, diikuti gerakan menuju hidup sehat.
Namun, kesadaran itu tentu tidak muncul begitu saja. Kadang kala, kesadaran muncul disertai pengalaman menyakitkan. Seperti yang dialami pembawa acara dan pegiat pendidikan, Dewi Hughes (46).
Hingga tahun 2015, Hughes mengalami obesitas. Berat badannya mencapai 150 kilogram.
“Obesitas itu memicu banyak penyakit, kata dokter. Saya tidak percaya ketika itu. Saya yakin, kesehatan bisa dibeli. Sakit ya tinggal beli obat,” tuturnya.
Sampai suatu saat dia tidak bisa lagi mengandalkan pereda sakit untuk lutut, punggung, dan pinggangnya yang bekerja terlalu keras menahan berat badannya.
Sebagai seorang yang sangat aktif berkegiatan dan bertemu banyak orang, Hughes harus terbaring dan tak bisa berjalan tanpa bantuan orang lain.
Ini enggak benar, pikirnya. Di situlah muncul kesadaran untuk mengubah gaya hidupnya. Dari sebelumnya bisa makan apa saja, Hughes memilih untuk makan makanan murni atau makanan yang hanya diolah satu kali.
Perlahan-lahan, tubuhnya semakin bugar. Bonusnya, berat badannya turun drastis.
“Selama satu tahun empat bulan, berat badan saya turun dari 150 kilogram jadi 70 kilogram sekarang,” kata Hughes.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.