Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sensasi Seruput Kopi Jo di Prambanan Jazz Festival 2017

Kompas.com - 19/08/2017, 12:54 WIB
Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ratusan tenant terlibat dalam Prambanan Jazz Festival 2017 di kompleks Candi Prambanan, Jumat (18/8/2017).

Mereka berjualan di gerai yang telah disediakan tak jauh dari area panggung Prambanan Jazz Festival. Tenant ini berjualan aneka macam jajanan, mulai dari makanan dan minuman.

Makanan dan minuman itu dijual dengan kisaran harga Rp 10.000 sampai Rp 15.000. Jenis makanan yang dijual mulai dari roti bakar, sosis bakar, es tebu, gudeg kremes, dan lainnya.

Keberadaan tenant ini melengkapi festival yang sudah digelar tiga kali itu. Pengunjung pun banyak membeli makanan dan minuman yang dijajakan untuk menemani mereka menyaksikan artis yang tampil di atas panggung.

Dari ratusan tenant di Prambanan Jazz Festival, ada satu yang paling unik dan membuat penasaran pengunjung, yaitu Kopi Jo.

Kopi Jo ini menjajakan kopi racikan sang pemiliknya, yaitu Johanes Tan Joana Jaya. Ratusan gelas terjual pada hari pertama festival digelar.

"Sementara sudah sekitar 200-an gelas. Tapi kami backup sampai 500-an gelas," kata Johanes ketika berbincang dengan Kompas.com.

Sesuai tema Prambanan Festival Jazz tahun ini, kopi milik Johanes ini ternyata juga dicari sejumlah pengunjung untuk bernostalgia.

Bukan tanpa alasan, Kopi Jo hanya bisa ditemui di acara-acara tertentu. Selain itu, Johanes menjajakan Kopi Jo di kantor Kompas Yogyakarta setiap Senin.

Untuk Prambanan Festival Jazz, Johanes sendiri mengaku baru ikut dua kali.

"Pembeli tadi ada yang lima tahun ketemu lagi ada dua tahun juga ada," tutur Johanes.

Ia mengaku berencana akan menjual di sebuah kedai tetap. Rencananya ia akan berjualan di sekitar Jalan Bugisan. Rasa Kopi Jo racikan Johanes memang berbeda dengan kopi pada umumnya.

Kompas.com sempat mencicipi kopi racikan Johanes tersebut. Dari kejauhan aroma kopi racikanya menyerupai cokelat. Namun, ketika diseruput, rasanya, ada sensasi rempah ketika menyeruputnya.

"Basic-nya robusta, ada susu, rempah dan cokelat. Kalau (bahan) rempahnya rahasia," tutur Johanes.

Ia mengaku mulai meracik Kopi Jo sejak 2009. Dari hobinya memasak itu, ia meracik Kopi Jo dan menjualnya di sejumlah pergelaran kesenian. Dari pergelaran itu, kopinya diterima masyarakat.

"Nama Kopi Jo sendiri yang kasih nama bukan saya, tapi teman agar mudah disebut dan diingat," ucap Johanes.

Meski sudah mengikuti dua kali perhelatan Prambanan Jazz Festival, Johanes mengatakan, ada hal yang berbeda pada tahun ini. Menurut dia, gerai para tenant di festival tahun ini tidak menghadap langsung ke arah panggung.

Tahun lalu, kata dia, pengunjung yang jajan di Pasar Kangen bisa menyaksikan penampilan artis.

"Dulu stannya berbentuk letter U, berhadapan langsung dengan panggung," ucap Johanes.

Kendati begitu, Johanes mengatakan, hal tersebut bukan menjadi persoalan. Menurut dia, berjualan di manapun tidak menjadi masalah asalkan cara melayaninya diterima pembelinya. Hal itu pula, menurut dia, yang membuat pembeli selalu kembali datang.

"Kalau yang beli ada yang dari Jakarta, Bandung, dan lainnya. Tapi dari Yogyakarta juga banyak," kata Johanes.

Salah satu pembeli, Krisna Erlangga Putra (28), mengaku baru menjajal Kopi Jo di Prambanan Jazz Festival. Ia menjajal Kopi Jo lantaran namanya yang unik dan mencium aroma yang khas. Apalagi kopi racikan Johanes itu dimasak di kendi di atas tungku berbahan arang.

"Saya baru tahu di sini ada kopi ini. Kebetulan saya suka kopi, makanya saya ingin mencoba," ujar Krisna usai mencicipi kopi racikan Johanes itu.

Ia yang bersama empat temannya itu sengaja membeli kopi dan minuman yang dijual Johanes di stannya untuk menjadi teman menonton penampilan artis yang ditunggu-tunggu.

"Yang ditunggu itu The Groove," kata dia.

Menurut dia, kopi racikan Johanes memang tidak biasa. Meski baru menjajalnya di Prambanan Festival Jazz, ia mengaku sudah pernah menjajal kopi yang diracik menyerupai Kopi Jo.

"Di Jakarta juga ada, tapi rasanya kurang lebih seperti ini," ujar pria asal Jakarta ini. Ia membeli segelas Kopi Jo dengan harga Rp 15.000.

"Rasanya enak, sebanding dengan harganya," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com