Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jodhi Yudono
Wartawan dan budayawan

Menulis esai di media sejak tahun 1989. Kini, selain menulis berita dan kolom di kompas.com, kelahiran 16 Mei ini juga dikenal sebagai musisi yang menyanyikan puisi-puisi karya sendiri maupun karya penyair-penyair besar semacam WS Rendra, Chairil Anwar, Darmanto Jatman, dan lain-lain.

Kau Tetap Kawanku Kini dan Nanti

Kompas.com - 17/08/2019, 18:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Seorang kawan yang beragama Nasrani bercerita perihal ceramah seorang ustad yang membahas Salib yang sedang viral di media sosial. Kawan saya yang Nasrani itu sedih, tapi tak bisa apa-apa. Demikianlah senantiasa nasib minoritas yang tak berdaya, bahkan ketika kepercayaannya yang hakiki sebagai manusia dalam meyakini agamanya itu dicederai.

Lantas kawan saya dengan sedih bicara begini, "Tolong Jodh..17 Agustus kok memecah..."

Ya ya.. 17 Agustus, hari ulang tahun republik ini, lahirnya bangsa ini yang diawali oleh kesepakatan semua golongan, kepercayaan, agama, suku, untuk bersatu padu membentuk bangsa bernama Indonesia.

Saya tentu tak pantas untuk memberikan nasihat kepada ulama besar sekelas ustad yang sedang viral itu agar begini dan begitu. Tidak.

Yang bisa saya lakukan hanyalah merasai kesedihan, juga kedukaan kawan saya itu. Kesedihan yang sama pernah saya rasakan manakala Nabi Muhammad dihinakan, Al Quran dilecehkan.

Saya marah, jengkel, tapi tak juga ingin membalas perlakuan brutal itru dengan perbuatan yang sama. Maaf, memaafkan, adalah di antara kata dan tindakan yang saya yakini paling indah di muka bumi ini, selain cinta, ibu, dan kasih.

Pada titik ini, saya senantiasa berpijak pada firman Allah SWT, Lakum Diinukum wa Liya Diin. Bagimu agamamu, bagiku agamaku. Sebuah garis yang tegas langsung dari Allah untuk tak mencampuri urusan agama orang lain.

Temanku sayang, tak usah sedih berkepanjangan. Tak ada yang bisa memisahkan perkawanan kita. Kau dan aku adalah saudara sebangsa yang diikat oleh kesepakatan para pendiri bangsa ini.

Maafkan mereka yang melukaimu, sebab mereka mungkin tak menyadari akibat perbuatannya.

Kau, seperti juga Made, Asiang, Parto, Nehemia, Barung, tetap kawanku, tetap saudaraku, kini dan nanti.

Ciledug, 17 Agustus 2019

Jodhi Yudono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau