Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biodata Hanung Bramantyo: Perjalanan Karier hingga Kontroversi

Kompas.com - 02/09/2022, 18:33 WIB
Ady Prawira Riandi,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hanung Bramantyo merupakan sutradara, penulis skenario, sekaligus produser film Indonesia.

Pria kelahiran Yogyakarta, 1 Oktober 1975 ini memiliki nama lengkap Setiawan Hanung Bramantyo.

Hanung sudah mulai mengerjakan film sejak tahun 2004.

Bermacam genre film sudah pernah dicobanya dari mulai drama romantis hingga film biopik dan sejarah.

Miracle In Cell No. 7 menjadi karya terbaru Hanung bersama rumah produksi Falcon Pictures.

Berikut biodata lengkap Hanung Bramantyo.

  • Nama: Setiawan Hanung Bramantyo
  • Lahir: Yogyakarta, 1 Oktober 1975
  • Pasangan: Zaskia Adya Mecca
  • Anak: 6

Baca juga: Film-film Karya Hanung Bramantyo

Perjalanan Karier

Karier Hanung Bramantyo dimulai dari debut film Brownies.

Film tersebut langsung mengantarnya meraih Piala Citra dari kategori Sutradara Terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2005.

Piala Citra kedua diraihnya pada 2007 lewat film Get Married.

Hingga tahun 2019, Hanung Bramantyo tercatat sebagai sutradara yang paling sering masuk nominasi FFI.

Hanung Bramantyo total sudah 11 kali masuk sebagai nomine.

Selain itu, total sudah lebih dari 30 judul film digarap oleh Hanung Bramantyo.

Baca juga: Hanung Bramantyo Bikin Penjara di Studio untuk Film Miracle in Cell No 7

Kontroversi

Beberapa karya Hanung Bramantyo sempat menuai kontroversi di publik.

Kontroversi pertama muncul saat Hanung Bramantyo merilis film Perempuan Berkalung Sorban.

Pada saat itu, Hanung dituding melakukan kritikan kontraproduktif terhadap tradisi Islam konservatif yang masih dipraktikkan di banyak pesantren di Indonesia.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan meminta film tersebut ditarik dari edaran atau setidaknya diubah.

Baca juga: Hanung Ungkap Biaya Produksi Satria Dewa: Gatotkaca

Kontroversi selanjutnya datang lewat film ? atau Tanda Tanya.

Front Pembela Islam (FPI) melakukan protes keras sampai akhirnya Hanung bertemu dengan MUI dan setuju memotong sejumlah adegan di dalamnya.

Kontroversi ketiga kembali dialami oleh suami Zaskia Adya Mecca itu ketika merilis film Cinta tapi Beda.

Setelah beberapa hari tayang di bioskop, film ini sempat menuai protes, khususnya dari masyarakat Minangkabau.

Sebuah forum persatuan masyarakat Minangkabau melaporkan Hanung selaku sutradara film ini ke Polda Metro Jaya dengan Pasal 156 KUHP jo Pasal 4 dan 16 UU no. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.

Baca juga: Zaskia Adya Mecca Blak-blakan soal Rumah Tangganya dengan Hanung Bramantyo

Hal ini disebabkan oleh penggambaran tokoh Diana sebagai perempuan non-muslim yang bermukim di Padang, dianggap menyinggung masyarakat Minangkabau yang identik dengan agama Islam.

Melalui akun Twitter-nya, Hanung Bramantyo menjelaskan bahwa tokoh Diana tidak disebutkan berasal dari Minangkabau. Melainkan merupakan warga pendatang yang tinggal dan dibesarkan di Padang untuk menunjukkan keberagaman masyarakat di sana.

Kontroversi selanjutnya datang dari film yang bukan bertemakan agama.

Film Soekarno: Indonesia Merdeka mendapat protes dari Rachmawati Soekarnoputri.

Rachmawati mengkritik bahwa film ini tidak cocok menampilkan Ario Bayu berperan sebagai Soekarno.

Alih-alih memilih Ario Bayu, Rachmawati justru menyarankan Anjasmara sebagai pemeran utamanya.

Baca juga: Film-film Karya Hanung Bramantyo

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com