JAKARTA, KOMPAS.com - Sinema elektronik atau sinetron masih menjadi salah satu program unggulan televisi swasta di Indonesia.
Pasar penonton yang besar membuktikan bahwa sinetron tak akan pernah mati di Indonesia.
Sinetron sendiri hadir menjadi sebuah hiburan yang bisa dinikmati dari siang hingga malam hari.
Banyak orang menilai bahwa sinetron tidak mendidik, apalagi untuk anak.
Namun, ada juga yang percaya bahwa sinetron bisa memberikan pesan-pesan moral dalam setiap ceritanya.
Jawabannya tentu saja tidak. Sinetron sebenarnya sudah melewati sensor sehingga akhirnya bisa tayang di televisi.
Namun sebaiknya sinetron tak disuguhkan kepada anak-anak di bawah umur karena kerap memunculkan adegan-adegan yang kurang baik.
Sebagian besar cerita sinetron pasti menampilkan pertengkaran, persaingan tidak sehat, kebencian, balas dendam, kekerasan, bahkan dalam beberapa kasus hingga pembunuhan.
Hal-hal di atas tentu saja sebaiknya dihindarkan untuk dikonsumsi anak-anak.
Berbeda dari film yang hanya sekali tonton, sinetron adalah program berkelanjutan dan bisa menjadi tontonan rutin.
Jika anak menonton hal-hal di atas secara rutin, akibatnya bisa tertanam dalam benak mereka.
Anak-anak di bawah usia 12 tahun cenderung merekam apa yang ditonton dan mempraktekkannya di kehidupan nyata.
Meski kebanyakan sinetron digolongkan sebagai tayangan remaja dan/ atau bimbingan orangtua (R-BO), ada baiknya orangtua melakukan budaya sensor mandiri terhadap sebuah tontonan termasuk sinetron.
Jika memang cerita dan adegan-adegan di dalam sinetron tersebut dirasa kurang baik, maka sebaiknya jangan biarkan anak-anak menyaksikannya di rumah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.