JAKARTA, KOMPAS.com - Di zaman serba cepat dan canggih seperti sekarang ini, apa pun bisa dilakukan.
Orang-orang bahkan bisa menghibur diri hanya dengan menikmati drama audio.
Berbagai layanan streaming musik juga terus memanjakan pelanggannya dengan konten-konten bervariasi dari mulai sandiwara radio tempo dulu hingga podcast.
Tren menikmati drama audio memang mulai tumbuh sejak era pandemi Covid-19 yang memaksa orang-orang untuk tetap berdiam diri di rumah.
Tanpa interaksi dengan dunia luar, acara-acara yang mengandalkan audio mendadak jadi teman terbaik.
Radio pernah menjadi primadona di hati masyarakat Indonesia.
Salah satu acara dari radio yang paling dinantikan adalah sandiwara radio.
Sandiwara radio adalah sebuah pertunjukan drama yang murni mengandalkan tampilan suara dan disiarkan melalui radio.
Karena tak mengandung komponen visual, sandiwara radio sangat bergantung pada dialog, musik, dan efek suara agar membantu para pendengar membayangkan penokohan dan alur ceritanya.
Sandiwara radio sempat menjadi pemimpin hiburan internasional di era 1940-an.
Namun kedigdayaannya tergusur oleh kemunculan televisi pada tahun 1950-an.
Di Indonesia, sandiwara radio mulai populer di era 1980-an lewat Tutur Tinular dan Saur Sepuh.
Judul-judul lain yang sempat memikat hati penonton adalah Misteri Nini Pelet, Misteri dari Gunung Merapi, Mahkota Mayangkara, Babad Tanah Leluhur, dan Kaca Benggala.
Memasuki era digital di mana radio dan televisi mulai ditinggalkan, masyarakat Indonesia mulai beralih mendengarkan podcast atau siniar.
Podcast muncul di berbagai platform mulai dari YouTube, Spotify, hingga Noice.
Podcast sendiri merupakan sebuah rekaman audio yang membahas topik tertentu dan dapat didengarkan secara on demand melalui sambungan internet.
Format tersebut memudahkan podcast untuk menjangkau pendengarnya karena bisa diputar kapan pun dan di mana pun selama gawai terhubung internet.
Istilah podcast berasal dari kata iPod dan broadcast.
Sekitar awal tahun 2000-an podcast mulai populer di kalangan pengguna iPod, sebuah perangkat dari Apple untuk mendengarkan musik.
Pada masa itu orang-orang biasa mengunduh konten podcast lalu mendengarkannya di iPod.
Namun seiring berkembangnya zaman dan meningkatnya kecepatan internet, gaya lama mendengarkan podcast di iPod mulai ditinggalkan.
Meski begitu, istilah podcast tetap bertahan dan malah dipakemkan sejak 2004.
Di Indonesia sendiri, podcast benar-benar dikenal publik dalam beberapa tahun terakhir.
Namun Boy Avianto sudah mulai merekam Apa Saja Podcast sejak tahun 2005.
Kegiatan ini dilakukannya untuk mengisi waktu luang selama menulis tesis di Jerman.
Kehadiran soundcloud juga sempat membantu mempopulerkan podcast.
Kini podcast sudah bisa dinikmati dengan mudah lewat aplikasi-aplikasi yang juga menawarkan banyak keragaman tema untuk para pelanggannya.