Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono, Aku Ingin sampai Hujan Bulan Juni

Kompas.com - 20/03/2023, 13:29 WIB
Andika Aditia

Penulis


KOMPAS.com – Ada pemandangan berbeda di laman depan mesin pencarian Google pada Senin (20/3/2023).

Google menampilkan penulis sekaligus pujangga terkenal dari Indonesia, yakni mendiang Sapardi Djoko Damono sebagai Google Doodle.

Google Doodle ini untuk merayakan ulang tahun ke-83 Sapardi Djoko Damono yang lahir di Surakarta pada 20 Maret 1940.

Adapun, Sapardi Djoko Damono meninggal dunia di Tangerang Selatan pada 19 Juli 2020.

Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Di antaranya adalah Cultural Award (Australia, 1978), Anugerah Puisi Putra (Malaysia, 1983), SEA Write Award (Thailand, 1986), Anugerah Seni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1990), Kalyana Kretya dari Menristek RI (1996), Achmad Bakrie Award (Indonesia, 2003), Akademi Jakarta (Indonesia, 2012), Habibie Award (Indonesia, 2016), dan ASEAN Book Award (2018).

Untuk mengenang Sapardi Djoko Damono, tak ada salahnya membaca kembali kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono yang indah dan sederhana.

Kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono

  • Aku Ingin (1989)

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

  • Yang Fana Adalah Waktu (1978)

Yang fana adalah waktu.
Kita abadi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.
Kita abadi

  • Pada Suatu Hari Nanti (1991)

Pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau takkan kurelakan sendiri

Pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati

Pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau takkan letih-letihnya kucari

  • Duka-Mu Abadi (1969)

Dukamu adalah dukaku.
Air matamu adalah air mataku
Kesedihan abadimu
Membuat bahagiamu sirna
Hingga ke akhir tirai hidupmu
Dukamu tetap abadi.

Bagaimana bisa aku terokai perjalanan hidup ini
Berbekalkan sejuta dukamu
Mengiringi setiap langkahku
Menguji semangat jituku
Karena dukamu adalah dukaku
Abadi dalam duniaku!

Namun dia datang
Meruntuhkan segala penjara rasa
Membebaskan aku dari derita ini
Dukamu menjadi sejarah silam
Dasarnya 'ku jadikan asas
Membangunkan semangat baru
Biar dukamu itu adalah dukaku
Tidakanku biarkan ia menjadi pemusnahku!

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau