JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu penulis buku Crossing The Wall: The Stories of 20 Indonesian Muralists, Hilmi Faiq, mengungkapkan kesulitan dalam menggarap buku itu adalah ketika menggali cerita dari para seniman mural terpilih.
Contohnya adalah ketika menanyakan seperti masa kecil para seniman tersebut.
"Yang ingin kita gali adalah bagaimana masa lalu seseorang bisa memengaruhi masa kininya dan dalam berekspresi," kata Hilmi Faiq saat konferensi pers peluncuran buku tersebut di Museum MACAN, Jakarta Barat, Senin (31/7/2023).
"Kami meyakini bahwa keresehan-keresahan itu tidak lahir di ruang kosong, tetapi barangkali ada sesuatu yang dilupakan lalu muncul dalam alam bawah sadar," imbuh Hilmi Faiq yang juga adalah seorang jurnalis Harian Kompas.
Hilmi menulis buku tersebut bersama Seno Joko Suyono dan Samuel Indratma.
Hilmi berujar, tantangan dalam mewawancarai tersebut terasa berbeda ketika ada seniman yang banyak bicara dan irit bicara.
"Ditanya satu jawabnya 10, tapi ada yang sebaliknya, ditanya 10 jawabnya satu. Nah ini yang harus bagaimana kami pintar-pintar menyuguhkan fakta yang kami temukan lalu minta diceritakan secara detail," tutur Hilmi Faiq.
Oleh karena itu, ada seniman yang Hilmi ajak mengobrol sampai empat jam bahkan lebih dari satu kesempatan.
Baca juga: Cerita di Balik Penulisan Buku Induk Gajah
Semua wawancara ini dilakukan secara daring.
Untuk meriset karya-karya 20 seniman tersebut Hilmi dkk mencari beberapa data berbentuk foto hingga mencarinya di internet.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.