Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Layaknya Berlian, Lisensi Spider-Man Pun Dibuat Rebutan

Kompas.com - 29/09/2023, 21:39 WIB
Akbar Akeyla Daniswara,
Tri Susanto Setiawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Siapa yang tak tahu dengan waralaba Spider-Man?

Waralaba itu memiliki sepuluh nama film yang saling terhubung dengan satu sama lain, belum lagi ditambah beberapa film stand alone yang masih memiliki kaitannya dengan cerita inti superhero itu.

Film terakhirnya Spider-Man: No Way Home (2021) bahkan sempat mengantongi pendapatan kotor sebanyak 1.89 miliar dolar AS selama penayangannya di bioskop.

Hal itu membuat figur manusia laba-laba itu kembali diperebutkan oleh dua perusahaan raksasa bernama Marvel Entertainment dan saingannya Sony Pictures.

Baca juga: Spider-Man Dapatkan 3 Film Spin Off yang Dijadwalkan Tayang 2024

Untuk mengetahui bagaimana lisensi Spider-Man bisa beralih tangan hingga menjadi bahan rebutan kedua perusahaan besar bak batu berlia, ada sebuah cerita tersendiri di dalamnya.

Layaknya semua cerita, persaingan antara Marvel dengan Sony itu juga memiliki awalannya.

Amazing Fantasy #15  (1962)

Semua orang tahu cerita Manusia Laba-Laba itu. Namun, tak semua orang tahu jika waralaba fenomenal ini sempat menjadi konsep yang ditolak mentah-mentah oleh Marvel.

Semua berawal pada 1962. Stan Lee, bapak dari karakter-karakter ikonik Marvel pada awalnya memiliki konsep untuk membuat cerita superhero baru.

Ceritanya tentang seorang remaja yang tergigit laba-laba radioaktif seperti cerita utamanya. Setelahnya, ia menyerahkan konsep itu kepada seorang penerbit bernama Martin Goodman, yang kemudian tak menyukai konsep tersebut dan menyebutnya sebagai ide terburuk yang pernah ia dengar.

Stan Lee kemudian mengurungkan niatnya, tapi tak berhenti di situ. Ia kemudian berusaha meyakinkan Goodman untuk menerbitkan karakter barunya dalam sebuah bagian terakhir serial komik kurang laris bernama Amazing Fantasy, dan penerbitnya itu menyetujuinya.

Dengan cepat, Stan Lee menghubungi Jack Kirby, seorang teman sekaligus kolaborator lama Stan Lee dalam menggambar desain-desain superhero miliknya.

Baca juga: Kapan Spider-Man: Beyond the Spider-Verse Tayang?

Sayangnya, Stan Lee tak menemukan satupun sketsa yang ia anggap cocok untuk mewakili karakter Spider-Man itu.

Ia kemudian beralih menuju Steve Ditko, seorang artis lain yang juga menggambar untuk Marvel di saat itu. Setelah beberapa kali menggambar, sketsa yang dimiliki Ditko-lah yang kemudian dikenal dan digunakan sebagai ikon karakter pada masa kini.

Setelah urusan desain beres, Stan Lee mulai menaruh karakter itu dalam serial komik tak laku milik Marvel, membuat Spider-Man pertama kali terlihat dalam komik Amazing Fantasy #15 serta menjadi debut pertamanya.

Tak disangka-sangka, komik itupun sukses besar, laris manis, bagian percetakan sibuk, membuat komik itu mendapatkan kelanjutan kisahnya.

Stan lee kemudian diminta untuk menulis keseluruhan ceritanya, menggambarkan superhero remaja dengan segala kekonyolannya yang ia beri nama dengan Spider-Man.

Superhero itu kemudian memulai ceritanya dalam komik solo yang bertajuk The Amazing Spider-Man (1963) yang menceritakan apa yang diketahui oleh penggemarnya pada saat ini.

Lisensi Spider-Man

Setelah kesuksesannya dalam buku komik, Marvel mulai membawa karakter Spider-Man menuju layar lebar pada 1970-an hingga 1990-an. Sayangnya, perpindahan karakter menuju layar lebar itu tak setenar buku komiknya.

Pada akhir 1998, Marvel pun pasrah. Perusahaan itu mulai memutarkan uang dengan cara menjual berbagai lisensi superhero miliknya pada perusahaan besar lainnya dengan biaya tertentu.

Fox mendapatkan X-Men serta Fantastic Four, sedangkan Sony mendapatkan Spider-Man dengan 200-an lebih varian di dalamnya.

Akan tetapi, Sony hanya mendapatkan hak film dan merchandise, sedangkan Marvel masih memegang hak komiknya.

Baca juga: Main Basket Bareng Andrew Garfield, Andovi da Lopez: Seru Main sama Spider-Man

Kesepakatan itu menetapkan bahwasanya Sony akan tetap memegang hak atas Spider-Man selama mereka terus memproduksi film Spider-Man setidaknya setiap lima tahun.

Hal tersebutlah yang mereka lakukan hingga saat ini, dengan nama film Spider-Man 3 (2007), The Amazing Spider-Man (2012), The Amazing Spider-Man 2 (2014), Spider-Man: Into the Spider-Verse (2018), serta Spider-Man: Accross the Spider-Verse (2023).

Dari sinilah Sony masih mempunyai hak lisensi atas waralaba tersebut. Jika Sony melewatkan pembuatan film itu selama lima tahun, maka hak atas film akan kembali menuju Marvel.

Namun hingga saat ini, Sony tak pernah melewatkan tenggat waktu itu.

Masuknya Disney

Pada 2009 lalu, Perusahaan Walt Disney membeli Marvel Entertainment yang membuatnya memiliki lisensi atas komik-komiknya. Akan tetapi, Sony masih memiliki hak atas film dan merchandise itu.

Semua berubah pada 2011, di mana Sony mengalami kerugian finansial. Mereka kemudian menjual hak atas merchandise Spider-Man kepada Marvel (Disney), yang kini hanya membuat Sony memiliki lisensi atas film Spider-Man.

Sony dan Marvel

Sony kemudian ingin mengembangkan waralaba itu, yang pada tahun 2012 membuat reboot dari manusia laba-laba itu melalui The Amazing Spider-Man (2012) dan sekuelnya The Amazing Spider-Man 2 (2014).

Sayang seribu sayang, film itu gagal, mendapatkan rating buruk, dan menjadi malapetaka bagi Sony.

Untuk mendorong kembali popularitas superhero itu, Amy Pascal yang pada saat itu menjabat sebagai pimpinan Sony Pictures berhasil mencapai kesepakatan dengan Kevin Feige dari Marvel Studios untuk berbagi karakter Spider-Man dalam lima nama film.

Kesepakatan itu menyebut jika Sony akan membayar film-film solo Spider-Man dan mendistribusikannya.

Baca juga: Main Basket Bareng Andrew Garfield Pemeran Spider-Man, Andovi da Lopez: Sangat Baik dan Rendah Hati

Nantinya, Sony akan memperoleh sebagian besar keuntungan sedangkan Marvel Studios akan mengumpulkan lima persen dari pendapatan kotor film Spider-Man yang diproduksi MCU.

Kesepakatan ini pertama kali dicapai pada 2017, yang membuat para penonton dapat melihat Spider-Man bergabung dengan karakter Marvel lainnya dalam Captain America: Civil War (2016), Spider-Man: Homecoming (2017), Avengers: Infinity War (2018), Avengers: Endgame (2019), serta Spider-Man: Far From Home (2019).

Pada Agustus 2019, para penggemar dibikin gundah lantaran Marvel dan Sony telah mengakhiri keterlibatannya dalam waralaba Spider-Man.

Marvel ingin mendapatkan jatah yang lebih banyak dari keuntungan film itu, dan Sony menolaknya. Akibatnya, Marvel kemudian menarik keterlibatannya dan Spider-Man kembali menuju naungan Sony.

Para penggemar marah, terhina, menyayangkan hal itu. Tom Holland, pemeran Spider-Man dalam trilogi akhirnya kemudian berbicara dengan CEO Disney Bob Iger dan CEO Sony Pictures Tom Rotham untuk membuka negosiasi kembali.

Pada 27 September 2019, terdapat kabar bahwa Marvel Studios dan Sony Pictures telah mencapai kesepakatan baru. Melalui kesepakatan itu, Spider-Man akan tampil dalam dua film MCU yang salah satunya telah terisi oleh Spider-Man: No Way Home (2021).

Kini, hanya tersisa satu film lagi dalam MCU yang akan dimasuki oleh karakter ikonik Spider-Man.

Setelahnya, ia akan pergi menuju naungan Sony bila kedua perusahaan itu tak memiliki kesepakatan baru di masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com