Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ade Rai Tertarik Bikin Film Binaragawan yang Overdosis Steroid

Kompas.com - 17/10/2014, 19:40 WIB
Irfan Maullana

Penulis

KUTA, KOMPAS.com - Atlet binaraga Ade Rai mengaku memetik banyak pelajaran berharga usai nonton film dokumenter "The King of Size" di Free Open Air Cinema, Bali International Film Festival atau 8th Annual Balinale.

Ade mengaku tertarik untuk mengangkat cerita tentang binaragawan Indonesia yang meninggal karena overdosis steroid.

"Saya tertarik untuk bikin film seperti itu yang lebih bagus lagi. Makanya saya mau bekerja sama dengan BNN karena ini (suntik steroid) sama bahayanya dengan narkotika, ini juga mematikan. Di Indonesia sebenarnya sudah banyak binaraga yang mati karena kanker darah, gagal ginjal, semuanya overdose," kata Ade saat berbincang di Wooden Deck, Beachwalk Mall, Kuta, Bali, Kamis (16/10/2014) malam.

"The King of Size" yang diproduksi pada 2013, merupakan sebuah film dokumenter karya Peter Michael Dowd dengan kisah seorang pria berusia 40 tahun yang sudah bergelut sebagai binaragawan selama 17 tahun dan berusaha merebut kembali gelar Mr New York setelah sembuh dari cidera ligamen otot.

Namun, sayangnya, tokoh utama dalam film dokumenter berdurasi 17 menit itu memilih menggunakan suntik steroid untuk membesarkan otot-ototnya. Istilah "no pain, no game" ikut menjadi pemicu semangatnya. Menurut Ade, cara tersebut keliru.

"Saya enggak setuju, makanya ini bukan sebuah karakter yang harus kita hakimi benar atau salah, setiap orang punya perjalanannya sendiri. Pelajaran dari film ini adalah kadang kita ngotot untuk mengejar sesuatu, tapi setelah sesuatu itu kita dapat kita bilang masih kurang. Tapi kemudian dalam perjalanan untuk mendapatkan yang masih kurang ini kita malah cedera," ujar Ade.

"Dalam hal ini, ketika dia pengin gede, dia jadi take more drugs. Ketika dia take more drugs dia malah cedera ke mana-mana. Ada perbedaan garis tipis antara orang yang berusaha sama orang yang serakah, dan ada garis tipis antara orang yang pasrah sama orang yang malas," lanjut Ade.

Di Indonesia, menurut Ade, suntik steroid di kalangan binaragawan sudah menjadi rahasia umum. "Terutama binaraga di Indonesia, rata-rata anak zaman sekarang itu on drugs. Jadi kita bisa bikin film yang sama tapi berakhirnya bisa mati, bisa masuk rumah sakit, gagal ginjal. Binaraga itu seorang seniman, dia menggunakan tubuhnya sebagai mediator. Nah tapi sekarang ketimbang seni pakai badannya, dia malah memakai obat untuk memperbesar badannya," ungkap Ade.

Di luar itu, Ade menyambut baik konsep Open Air Cinema alias layar tancap yang baru kali pertama digelar di Balinale. "Ya saya rasa suatu hal positif, dengan adanya festival-festival film seperti ini mereka (pecinta film) bisa menonton di luar jalur film biasanya dan mendapat pelajaran positif. Kayak saya misalnya," ujar Ade.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau