Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Layar Tancap, Bertahan dalam Keredupan

Kompas.com - 04/02/2017, 21:21 WIB

Tim Redaksi

KOMPAS - Di tengah kian meredupnya pamor pertunjukan layar tancap, ternyata masih ada saja orang-orang yang gigih menghidupinya. Di tengah permukiman di Jakarta dan sekitarnya, layar lebar masih berdiri tegak ditopang dua bilah bambu, memutar berbagai macam film dari proyektor tua yang dioperasikan secara manual.

Salah satunya terlihat di Tegal Rotan, Tangerang Selatan. Layar tancap diputar dalam acara hajatan sunatan putra kedua Murdi (37). Murdi memang penggemar layar tancap dan semasa kecilnya dulu sering sekali menontonnya.

Malam itu, Iyan Letoy dan dua rekannya sibuk menyiapkan berbagai peralatan untuk memutar dua film India pesanan sang empunya hajatan. “Yang punya hajatan biasanya minta film India atau film Indonesia lama. Film pendekar banyak disukai,” katanya.

Anak-anak kecil mulai memenuhi sekitar layar, disusul orang-orang dewasa. Mereka tampak menikmati film Dilwale yang dibintangi Shahrukh Khan.

Iyan Letoy menuturkan, menanggap layar tancap saat ini hanya perlu Rp 700.000 hingga Rp 800.000, bahkan kurang. Jumlah itu tentu saja tidak mencukupi biaya operasional layar tancap. Belum lagi biaya perawatan peralatan dan film yang sudah tua.

KOMPAS/RIZA FATHONI Nasan, pemilik bisnis layar tancap keliling ditemani asistennya menyiapkan perangkat pemutaran film saat menerima order di kawasan Bojongsari, Depok, Jawa Barat, pada 28/1/2017.
“Yang penting kebagian (tanggapan) saja. Kalau terlalu hitung-hitungan, malah jadi rugi,” tutur Iyan Letoy.

Dengan kondisi seperti sekarang, hanya kecintaan terhadap layar tancap yang membuatnya mampu bertahan di tengah kepungan bioskop, televisi, atau hiburan dari cakram padat.

Seperti Iyan Letoy yang memandang pekerjaannya sebagai hobi, sehingga apa pun kondisinya, dia rela bekerja sejak siang mempersiapkan layar hingga subuh selepas film berakhir.

Tak hanya di Tegal Rotan saja gelaran film layar tancap bertahan. Di beberapa tempat lainnya seperti Pamulang, Tangerang Selatan dan Serua, Depok, warga pun masih ada yang menanggap layar tancap.

Baik untuk memeriahkan perayaan pernikahan, khitanan, ataupun sekadar arisan sambil bernostalgia.

Simak laporan lengkap pergulatan para juragan layar tancap di rubrik Gaya Hidup, Harian Kompas, Minggu 5 Februari 2017.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau