Sebagai seniman, menurut Marzuki yang akrab disapa Juki, pementasan ini ingin menandai peristiwa saat ini, yaitu transisi kepemimpinan. Selain Juki, pencetus ide kreatif lainnya adalah Butet Kartaredjasa, Agus Noor, dan Bre Redana.
"Saat ini, banyak yang mengaku bijak, padahal sebenarnya tidak peduli rakyat kecil yang jadi korban. Tukang sate ditangkap karena posting di media sosial. Di sisi lain, lumpur Lapindo sudah delapan tahun enggak selesai," ungkap Juki.
Saat di Jakarta, Juki akan sekaligus mempromosikan album terbaru JHF. Album yang merupakan hasil kolaborasi dengan Sindhunata berjudul Semar Mesem Romo Mendem; The Book of Sindhunata. Album ini berisi 14 lagu JHF bersama Sindhunata sejak 2006 sampai 2013.
"Kalau dengan Romo Sindhunata, kami sudah kerja sama sejak tahun 2006 dan kami seperti menemukan chemistry yang tak bisa ditolak. Puisinya kami permak sehingga bisa jadi musik hip hop," ujar Juki.
Baru-baru ini, JHF juga baru saja meluncurkan buku terbaru, Java Beat in the Big Apple. Rapper agraris yang produktif. (SIE)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.