Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Petruk Nagih Janji": Cinta Wayang Cara Jurnalis

Kompas.com - 22/02/2015, 15:24 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -- Para bidadari menggoda Petruk yang sedang bersemedi. Salah satu bidadari nekat merebahkan kepala di pundak Petruk. Para bidadari itu seluruhnya jurnalis, dan sang Petruk adalah aktor Dwi Sasono. Mereka sepanggung dalam pentas Wayang Jurnalis di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Minggu (15/2/2015).

Para bidadari penggoda itu berasal dari beragam media massa, seperti majalah Hai, Trax, Femina, dan harian Bisnis Indonesia. Mereka tampil dalam pergelaran Wayang Jurnalis bekerja sama dengan Wayang Orang Bharata.

"Mumpung bisa nempel begini. Biasanya cuma mewawancarai," celetuk para bidadari dari atas panggung.

Hanya sekali latihan dan baru pertama kali main wayang orang, Dwi Sasono menjadi tokoh utama dalam lakon Petruk Nagih Janji. Sebagian dari total 29 jurnalis yang tergabung dalam Wayang Jurnalis pernah memeriahkan gelaran pertunjukan Wayang Jurnalis pertama berjudul Wahyu Cakraningrat.

Meskipun didandani dengan bedak tebal ala punakawan, Dwi Sasono yang populer lewat komedi situasi televisi Tetangga Masa Gitu tayangan NET TV itu tetap bisa menebar pesona. Apalagi, Dwi juga pintar melontarkan guyonan segar. Ketika bidadari jatuh pingsan akibat terbakar pesona Petruk, Dwi segera menyeletuk lirih dari balik semedinya, "Mungkin dia lelah."

Guyonan Petruk pun bersambut dengan celetukan dari Semar yang diperankan Putu Fajar Arcana dari Kompas, Gareng oleh Dwi Sutarjantono dari majalah Esquire, dan Bagong diperankan Mbah Marsham dari Wayang Orang Bharata. Pentas dibuka dengan kehadiran para punakawan.

Baru mengucapkan beberapa kalimat, Bagong menginterupsi lontaran guyonan dari Semar. Bagong mengingatkan bahwa Semar harus bicara sesuai pakem wayang orang, yaitu diawali dengan kalimat "eee lae lae mbegegek ugeg ugeg sakdulito hummel humeeeeel...." Kalimat itu bermakna bahwa manusia jangan sekadar diam, harus bergerak!

Punakawan dikisahkan sedang bersiap-siap menemani junjungan mereka, para Pandawa, untuk menghadiri pesta pernikahan putri Prabu Kresna, Dewi Prantawati. Namun, Petruk tidak bersedia turut serta. Petruk justru ingin menagih janji dari Prabu Kresna yang akan memberi Dewi Prantawati sebagai istrinya.

Petruk sempat memadamkan pemberontakan Prabu Pragola Manik dengan kata sandi "kuthuk cemani". Prabu Kresna berjanji akan menikahkan Petruk dengan Prantawati. Namun, karena putri tersebut masih belum dewasa, ia diminta menunggu.

Janji pemimpin
Kisah berlanjut dengan kedatangan para pangeran Pandawa. Semar berujar, "Selamat datang di Petruk House." Belum selesai tawa penonton, Bagong segera mengomentari cara jalan para Pandawa yang menurut dia lebih mirip tarian ala penyanyi Korea, Gangnam Style.

Seluruh anggota Pandawa memang bukan pemain wayang orang profesional. Yudistira, misalnya, diperankan oleh Sarmoko Saridi dari Trans TV, sedangkan Bhimasena diperankan Lahyanto Nadie dari harian Bisnis Indonesia.

"Susah banget cara jalannya. Dibilang jangan lari, tapi masih seperti berlari," kata Sarmoko seusai pemanggungan.

Sebagai Yudistira, Sarmoko memang sempat jadi bulan-bulanan bahan candaan dari sesepuh wayang Bharata, Mbah Marsham. Sebagai Bagong, Mbah Marsham membuat penonton terbahak-bahak ketika mengomentari Yudistira yang terdiam karena "lupa" dialog. Bagong bahkan kemudian mewawancarai Pandawa.

"Bagaimana rasanya setelah jadi wayang," kata Bagong.

Ketika Yudistira meminta Punakawan untuk turut serta ke pesta pernikahan dan menyatakan bahwa urusan pernikahan itu sudah diatur antarnegara, Bagong segera mengacungkan jempol lalu berteriak, "Bagus! 100!"

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com