Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Petruk Nagih Janji": Cinta Wayang Cara Jurnalis

Kompas.com - 22/02/2015, 15:24 WIB

"Bagong bisa mendesak supaya suasana jadi cair. Sebenarnya saya enggak lupa, tetapi dia sengaja membuat suasana kosong tanpa ada dialog," tambah Sarmoko.

Direktur Program Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian harus berjuang mati-matian untuk mempertahankan karakter sebagai Dewi Kunthi. Ia ingin tertawa menyaksikan tingkah polah para jurnalis, tetapi harus tetap berwibawa sebagai ibu para Pandawa.

Karena menolak diajak ke pesta pernikahan di Kerajaan Dwarawati, Petruk hampir dibunuh oleh Arjuna. Petruk lantas melarikan diri dan bertapa di hutan. Dengan bantuan ayahnya, Gandarwa Raja yang diperankan Ninok Leksono, Petruk berubah wujud menjadi ksatria tampan bernama Bambang Sukma Nglembara yang kemudian sanggup mencuri hati sang dewi.

Pentas semakin meriah dengan kehadiran para emban yang diperankan oleh perwakilan dari Tembi Rumah Budaya. Dari dandanannya saja, para emban ini sudah heboh. Ada yang memakai kacamata hitam lengkap dengan tato di punggung. Tingkah polah mereka pun cukup jenaka, seperti memberi kartu nama ke Petruk hingga jumpalitan karena kaki "geringgingan" akibat duduk bersimpuh.

Sisi lain
Pemanggungan Wayang Jurnalis semakin seru dengan kehadiran tokoh Lesmana Mandrakumara yang diperankan Ali Sobri dari Hai. Sudah dua kali memerankan Lesmana, Ali merasa karakter Lesmana makin nempel di dirinya. Selain bermain peran pria yang genit "melambai", Lesmana menyisipkan lagu-lagu masa kini seperti nyanyian Agnes Monica untuk memeriahkan suasana.

"Aku ngikutin alur saja. Kali ini aku langsung ditunjuk tanpa audisi. Awalnya enggak mau, tapi didaftarkan editor aku. Enggak kepikiran bakal main kayak gini," kata Ali dengan riang.

Sarmoko juga langsung tertarik ketika ditawari bermain sebagai Yudistira.

"Karakter harus melekat. Harus berwibawa dan bijaksana. Menghafal dialog ketika break shooting atau saat makan, yang penting maknanya dapat. Keluarga, adik, dan ponakan datang nonton. Mereka jarang nonton wayang," tambah Sarmoko.

Sutradara pementasan seniman wayang Kenthus Ampiranto menegaskan bahwa wayang orang memang harus kaya dengan improvisasi, tetapi tidak boleh lepas dari benang merah cerita. Demi kelancaran pentas, Kenthus tidak membebani para jurnalis dengan tarian klasik ala wayang orang, tetapi lebih memperbanyak dialog. Pengalaman bermain wayang orang itu menjadi bagian dari apresiasi para jurnalis pada kesenian wayang orang yang kini makin terpinggirkan. (Mawar Kusuma)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com