Saras Dewi: Semangat Patriotisme

JAKARTA, KOMPAS.com -- Penyanyi dan penyair Saras Dewi (33) punya cara tersendiri memaknai Hari Pahlawan.

Tanpa mengecilkan nyawa para pejuang yang gugur merebut dan mempertahankan kemerdekaan 71 tahun silam, Saras memandang semangat kepahlawanan era kini lebih tepat diwujudkan dalam kerja nyata di berbagai bidang kehidupan.

"Transformasi nilai-nilai kepahlawanan tak akan pernah kehabisan cerita," ujarnya di Jakarta, akhir pekan lalu.

Pengajar filsafat di Universitas Indonesia itu terharu melihat munculnya sosok-sosok yang bergerak tulus di berbagai bidang untuk memperbaiki kehidupan masyarakat.

Sebut, misalnya, bidang energi berupa penyediaan pembangkit listrik tenaga air, bidang pendidikan dalam wujud layanan bagi anak-anak pemulung, serta bidang seni-budaya yang menekankan pelestarian lingkungan.

"Semuanya berangkat dari ide sederhana dan berbasis potensi lokal. Tapi, manfaatnya dirasakan masyarakat tanpa membedakan suku, agama, dan ras. Ini relevan dengan situasi berbangsa kita kini," kata pencetus album Lembayung Bali (2002) ini.

Sebagai penari, ia juga menyelami semangat "kepahlawanan" sebuah komunitas di Bali yang menghidupkan ritual Sang Hyang Dedari untuk menyelamatkan persawahan dari eksploitasi pembangunan.

Ritual itu menyemangati petani di Karangasem, Bali, untuk membendung pola pertanian yang mengejar pertumbuhan dengan teknologi mutakhir.

"Ini riset saya tentang komunitas desa yang menyelamatkan sawah petani di tengah modernisme," katanya. (NAR)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 November 2016, di halaman 32 dengan judul "Semangat Patriotisme".