Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Ponsel dan Orkestra

Kompas.com - 12/08/2017, 13:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

TADI malam saya berkesempatan menyaksikan Guangzhou Symphony Youth Orchestra (GSYO) yang merupakan sebuah kelompok musik klasik barat di bawah binaan Guangzhou Symphony Orchestra.

GSYO merupakan sebuah refleksi betapa besar perhatian dari pemerintah daerah Kota Guangzhou, dalam hal ini biro pendidikannya dalam bekerjasama dengan pihak Guangzhou Symphony Orchestra.

Kota Guangzhou sendiri dulu dikenal sebagai Canton atau Kanton seperti yang sesekali kita jumpai dalam cerita silat. Sebuah kota yang merupakan kota paling populer di provinsi Guangdong, di selatan China.

Sebuah kota pelabuhan yang sudah berumur ribuan tahun berlokasi 125 km disisi barat dari Hongkong dan di sebelah utara dari kota pusat judi terkenal Makau.

Pergelaran bertajuk Symphony for Friendship II dihelat di Jakarta dalam program Asia Pacific Tour 2017. Orkestra ini terdiri dari anak-anak muda pemusik profesional berumur belasan tahun yang telah mampu memainkan aneka musik klasik berkelas internasional.

Improvisasi dan inovasi serta kreativitas yang khas anak muda terlihat sekali mewarnai pergelaran mereka malam itu. Walau bergelut dalam aliran musik Barat, akan tetapi alur kepribadian khas dan tradisional China dapat mereka selundupkan dalam beberapa lagu yang diaransemen secara khusus.

Antisipasi saya untuk mendengarkan lagu-lagu klasik ciptaan Beethoven, Mozart , Chopin, Johann Sttrauss dan lain-lain komponis barat ternyata keliru habis.

GSYO menampilkan nomor-nomor menarik yang belum pernah atau jarang sekali saya dengar sebelumnya.

Malam itu mereka antara lain menampilkan pemusik duo sheng dan cello, masing-masing Lei Ja dan Jian Wang. Lei Jia pemain instrumen musik tradisional China yang disebut sheng, malam itu dipadukan bersama cello ke dalam perangkat musik Barat lainnya.

Lei Ja kelahiran 1976 menempuh pendidikan musik profesional di Xi'an Conservatorium dan Central Conservatory of Beijing. Lei Jia pernah memenangkan "Exellence Award" pada kompetisi musik Nasional di tahun 1995.

Sebagai musisi musik klasik, Lei Jia pernah mengikuti pergelaran orkestra di Jerman, Austria, Portugal, Perancis, Rusia, Jepang, Arab Saudi, Junani, Korea, Thailand, Hongkong, dan Makau.

Pemain cello adalah Jian Wang yang sudah mulai memainkan cello sejak berusia 4 tahun. Selain menempuh pendidikan musiknya di Shanghai Conservatoire, ia juga merupakan murid dari pemain cello kenamaan Aldo Parisot di Yale school of music, Amerika Serikat, tahun 1985.

Jian Wang juga sangat berpengalaman dan pernah bergabung dengan berbagai orkestra kelas dunia seperti antara lain New York Philharmonic, Cleveland and Philadelphia Orchestras, Chicago and Boston Symphonies, dan banyak lainnya.

Bertindak sebagai konduktor GSYO pada malam itu adalah Huan Jing seorang wanita muda lulusan Conducting Department of the central Conservatory of music. Dia dibesarkan di bawah asuhan Professor Xu Xin.

Huan Jing menyelesaikan program Master di Orchestral Conducting pada University of Cincinnati College-Conservatory of music (CCM). Nilai yang diperolehnya dalam mencapai Master Degree telah menempatkan dirinya sebagai salah satu dari penerima beasiswa untuk melanjutkan ke program doktoral.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com