JAKARTA, KOMPAS.com -- Apa jadinya jika seorang penyanyi opera dunia, Luciano Pavarotti, dan komponis legendaris Indonesia, Ismail Marzuki, bertemu?
Itulah ide dan imajinasi pianis kawakan Tanah Air, Ananda Sukarlan, yang ia tuangkan dalam komposisi ciptaannya berjudul "I Wish Pavarotti Had Met Marzuki".
Komposisi berdurasi delapan menit itu ia tulis sebagai bentuk penghormatannya kepada mendiang Pavarotti yang tutup usia pada 2007 lalu.
"Saya akan perform cuma satu lagu. Sekitar delapan menit dan judulnya 'I Wish Pavarotti Had Met Marzuki'. Bikinnya 15 sampai 20 hari. Itu banyak mikirnya, nulisnya sih enggak lama," kata Ananda di Ciputra Artpreneur, Selasa (7/11/2017).
[Baca juga : Ananda Sukarlan Rilis Love & Variations]
Pria yang lama menetap di Spanyol itu untuk kali pertama akan memainkan komposisinya tersebut dalam konser Pavarotti Forever di Ciputra Artpreneur Theatre, Jakarta Selatan, Minggu (26/11/2017) mendatang.
Setelah kemunculan perdananya nanti, partitur "I Wish Pavarotti Had Met Marzuki" akan Ananda berikan kepada istri Pavarotti, Nicoletta Mantovani, agar bisa dimainkan dalam konser-konser selanjutnya.
"Selama hidupnya Pavarotti belum pernah berkesempatan mengunjungi Indonesia. Jadi lewat komposisi bikinan saya, saya mencoba membayangkan dan yakin pasti kala itu Pavarotti bisa mengunjungi Indonesia bertemu Ismail Marzuki," kata Ananda.
Komposisi ciptaannya itu mencoba menggabungkan elemen Indonesia dengan elemen Italia.
[Baca juga : Ananda Sukarlan Sajikan Musikalisasi Tweets]
Caranya, mengambil nyawa harmoni dalam komposisi "Nessun Dorma" karya Giacomo Puccini yang dipopulerkan Pavarotti. Lalu meramunya dengan komposisi ciptaan Ismail Marzuki berjudul "Melati di Tapal Batas".
"Indonesia tuh punya not namanya Pentatonik, cuma lima yaitu do-mi-sol-la-si. Orang Barat itu Diatonik, do-re-mi-fa-sol-la-si," ujar Ananda.
Ternyata dalam komposisinya, Puccini justru menggunakan lima tangga nada saja atau pentatonik. Menurut Ananda, inilah gebrakan seorang Pavarotti yang selalu membawa nafas kesetaraan dalam lagu-lagunya.
"Puccini memakai harmoni gamelan Jawa, ada not yang sama dengan gamelan Jawa. Saya juga bikinnya tuh secara gamelan Jawa. Itu simbol bahwa kita semua bernafas oksigen yang sama, kita semua sama. Puccini sampai orang Jawa memakai not yang sama," kata Ananda.
[Baca juga : Ananda Sukarlan Mencari Bakat Baru]
Semangat itu jugalah yang ia tuangkan dalam "I Wish Pavarotti Had Met Marzuki".
"Karya ini gabungan dari dua budaya yang berbeda. We celebrate the difference. Idenya Pavarotti adalah bahwa kita semua sama," kata Ananda.
Tak hanya Ananda yang tampil dalam konser Pavarotti Forever. Ada tiga penyanyi tenor dan seorang soprano yang juga nantinya menyanyikan sejumlah tembang populer Pavarotti.
Mereka adalah Marco Miglietta, Jenish Ysmanov, Alin Stoica, dan Elisa Balbo. Empat penyanyi ini bersama pianis pribadi sekaligus sahabat Pavarotti, Paolo Andreoli, akan merayakan kehidupan sang maestro.
Konser Pavarotti Forever ini diselenggarakan atas kerja sama Kedutaan Besar Italia, Pusat Kebudayaam Italia, Pavarotti Foundation, dan Ciputra Artpreneur. Konser akan digelar pada pukul 19.00 WIB.
[Baca juga : Iskandar Widjaja ft. Ananda Sukarlan ? Sadness Becomes Her]
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.