Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perginya Sang Flamboyan

Kompas.com - 20/09/2008, 03:00 WIB

Genap 10 bulan pergumulan panjang Ronny Pattinasarany melawan kanker hati berakhir sudah. Jumat (19/9) pukul 13.30 WIB, dalam usia 59 tahun, Ronny, salah seorang putra terbaik bangsa di lapangan sepak bola, dipanggil ke hadirat Yang Maha Kuasa.

Ronny pergi meninggalkan seorang istri, Stella Pattinasarany, dan tiga anak Benny, Yerry, dan Cita yang mendampinginya sampai saat-saat terakhir di Rumah Sakit Omni Medical Center, Pulo Mas, Jakarta Timur.

”Kita telah kehilangan seorang putra bangsa yang begitu tinggi dedikasinya di sepak bola Indonesia. Ia seorang pembaru. Di lapangan ia sering melepaskan umpan-umpan terobosan, sedangkan di luar lapangan, ia juga melakukan terobosan dengan ide-idenya yang cemerlang dalam membangun sepak bola,” kata Risdianto, salah satu teman karibnya yang 10 tahun bersama-sama di tim nasional.

Nama Ronny tidak saja dikenal dekat di hati insan sepak bola, tetapi juga hampir di semua lapisan masyarakat. Sikapnya yang begitu terbuka, rendah hati, dan jauh dari kesombongan membuat dirinya selalu mendapat tempat di mana saja.

Akan tetapi, di balik keramahan dan murah senyum itu, Ronny memiliki prinsip yang teguh. Ia tidak akan mau mengalah kalau prinsipnya digoyang.

Tahun 1970-an, Ketua Umum PSSI Bardosono melarangnya merokok. Tetapi, apa jawabannya? ”Bapak mau pilih saya tetap merokok dan ada timnas atau sebaiknya saya yang pergi.”

Kecanduannya terhadap rokok ini memang mendatangkan banyak kisah dalam perjalanan semasa hidupnya. Saya sendiri pernah mengalami pengalaman yang sulit dilupakan bersama almarhum.

Tahun 1988, dalam perjalanan dengan kereta api dari Frankfurt ke Koln saat meliput Piala Eropa di Jerman, kami sempat mendapat kamar gratis karena rokok keretek yang diisap Ronny sangat keras dan ”memaksa” penyewa kamar lain di hotel itu terpaksa keluar.

”Kapan lagi Yes, kita bikin orang bule itu mabuk rokok. Biar mereka kabur. Kini, kita yang menikmati kamar ini berdua,” kata Ronny.

Kisah lain yang menarik saat meliput bersama Ronny di luar negeri terjadi saat Piala Dunia 1990 di Italia. Akan tetapi, kali ini Ronny kena batunya. Dalam perjalanan dari stadion ke hotel seusai meliput, Ronny kehilangan dompet dan paspor di kereta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com