Mencicipi makanan dan minuman pun dilakukan oleh Nino ketika ia berjalan-jalan ke Queensland, salah satu negara bagian di Australia, pada 12-19 April 2013. Ia pergi ke wilayah bersemboyan Where Australia Shines itu atas undangan maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan Tourism and Events Queensland, sebagai salah seorang penampil dalam acara Celebrity on Vacation (CoV), yang diproduksi dan ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta nasional di Indonesia.
Garuda Indonesia mengadakan perjalanan tersebut dalam rangka mempromosikan kepada sejumlah media rute penerbangan yang akan mereka buka kembali, yaitu Jakarta-Denpasar-Brisbane (mulai 31 Juli 2013) dan Brisbane-Denpasar-Jakarta (mulai 1 Agustus 2013). Mereka membuka lagi rute tersebut untuk meningkatkan jumlah penumpang internasionalnya. Gayung bersambut. Seiring dengan langkah Garuda Indonesia, Tourism and Events Queensland ingin menaikkan jumlah pengunjung ke Queensland dari luar Australia, termasuk dari Indonesia.
"Sebelum ini saya sudah pernah ke Australia, tapi bukan ke Queensland. Waktu itu saya masih kecil, jalan-jalan sama keluarga. Tapi, karena waktu itu saya masih kanak-kanak, sekarang saya enggak ingat betul ngapain saja saya waktu itu," cerita pemuda yang lahir di Hamburg (Jerman), 13 Januari 1984, ini kepada Kompas.com, yang juga ikut ke Queensland.
"I love Australia...," ujar pria berdarah Indonesia-Portugis dan Jerman ini setiap kali mengungkapkan rasa senangnya berwisata di Queensland.
***
Di Queensland, Nino dan kawan-kawan juga diajak oleh pihak Tourism and Events Queensland untuk menikmati hidangan di sejumlah restoran.
"Kalau pergi ke mana-mana, saya suka kulineran. Di dalam negeri juga," aku Nino, yang memiliki hobi memancing. "Saya suka makanan yang enak. Cita rasa saya tentang kuliner tumbuh sejak saya sempat bekeja, bantu-bantu, di restoran masakan Indonesia di Hamburg," kisah Nino, yang kini tinggal di Jakarta.
Contohnya, di Brisbane, 13 April 2013 malam waktu setempat, Nino mencicipi menu yang disajikan di Jakarta Indonesian Restaurant: Authentic Indonesian Cuisine. Dari lumpia sayur (dimakan dengan saus kacang), sate ayam (dimakan tanpa saus kacang atau kecap, karena bumbu sudah meresap ke dalam daging ayam), gado-gado, hingga rendang daging sapi dijajalnya.
Restoran yang terdapat di Brunswick Street, New Farm, itu buka Selasa sampai dengan Minggu, hanya untuk jam-jam santap malam mulai pukul 17.30. Waktu pemesanan terakhir hidangannya pukul 21.00 (Rabu, Kamis, Jumat, dan Minggu) atau pukul 21.30 (Jumat dan Sabtu).
Ketika Nino berada di restoran dengan desain interior berhias batik Yogyakarta dan Solo tersebut, tampak bukan saja orang-orang Indonesia yang ada di kota itu yang bersantap malam, melainkan juga orang-orang berkebangsaan lain.
Coot-tha berasal dari kata ku-ta. Ku-ta berarti madu yang dihasilkan oleh lebah tak bersungut yang hidup di situ. Semasa orang-orang Aborigin masih tinggal di wilayah tersebut, mereka mengumpulkan ku-ta dari sana.
Mt Coot-tha bukan hanya menjadi tempat Summit Restaurant & Bar, Kuta Cafe, dan sebuah toko cinderamata. Di sana ada pula Brisbane Botanic Gardens, Sir Thomas Brisbane Planetarium, taman-taman, dan sebuah air terjun. Publik pun bisa bersepeda atau berjalan kaki mendaki dan menuruni kawasan itu.
Dalam situs brisbanelookout.com ditulis, menu di Summit Restaurant & Bar bertema Australia kontemporer dan terdiri dari beraneka makanan dan minuman untuk memenuhi semua selera pengunjung. Banyak pula makanan yang bisa disantap oleh para vegetarian dan makanan yang dibikin tanpa tepung.
Sunday Breakfast tersedia dari pukul 08.00 hingga pukul 10.00 waktu setempat. Pagi itu, Nino menyantap buah-buahan segar hingga satu set hidangan yang terdiri dari roti, daging, telur, dan sayur, serta meminum kopi dan air mineral.