Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Walau Takut Ketinggian, Nino Fernandez Nikmati Naik Balon Udara

Kompas.com - 02/07/2013, 15:31 WIB
BRISBANE, KOMPAS.com -- Ingat "Balon Udaraku", yang dicipta oleh Elfa Secioria dan Dewayani serta dinyanyikan oleh Sherina ketika ia masih kanak-kanak? Pada bagian awal klip video lagu tersebut, Sherina berceloteh tentang betapa ia ingin berkeliling dunia dengan naik balon udara. Lirik lagu itu dan bagian selanjutnya dari klip video tersebut pun menggambarkan orang yang sedang berkeliling dunia dengan menumpang balon udara dan menikmati keindahan tempat-tempat di bumi dari ketinggian.

Itu Sherina kecil dengan nyanyiannya. Tapi, tidak demikian dengan artis peran Nino Fernandez. Pemuda kelahiran Hamburg (Jerman), 13 Januari 1984 ini ternyata takut ketinggian. Hal tersebut diungkapkannya ketika ia, sebagai penampil dalam tayangan televisi Celebrity on Vacation (CoV), ikut dalam rombongan yang diundang oleh Garuda Indonesia dan Tourism and Events Queensland, Australia, untuk menikmati sejumlah tempat wisata di Queensland, pertengahan April 2013 selama seminggu.

Di Southbank Parklands, Brisbane, Ibu Kota Queensland, Nino meminta kepada kru CoV untuk tidak melakukan shooting dengan naik permainan kincir bernama The Wheel of Brisbane. The Wheel berputar seperti kincir. Ketika berada di posisi teratasnya, kita bisa melihat sebagian Brisbane dari ketinggian. Sebagai gantinya, Nino menjalani shooting di bagian-bagian lain Southbank Parklands. Ia pun merasa senang karena tidak harus ikut bermain rollercoaster Green Lantern di Warner Bros. Movie World, Oxenford.

"Pokoknya, apa saja saya ikut, asal jangan yang di ketinggian. Saya takut ketinggian," ujar Nino di Gold Coast kepada Kompas.com, yang juga diundang oleh pihak-pihak yang sama untuk berjalan-jalan di Queensland.

Namun, sebagai penampil CoV, ada kalanya ia harus menjalankan tugasnya tanpa pilihan. Itu terjadi ketika di Gold Coast kru C0V harus melakukan shooting tentang berwisata dengan menumpang hot air balloon atau balon udara dan sarapan di perkebunan anggur. Mau tak mau, Nino harus naik balon udara.

Pada 17 April 2013, rombongan undangan Garuda Indonesia dan Tourism & Events Queensland, yang terdiri dari Nino, Fitri Tropika (satu lagi penampil CoV), kru CoV, dan sejumlah pewarta dari Jakarta, diajak mencicipi Hot Air Ballooning Gold Coast. Dalam paket tur bertarif 250 dollar Australia untuk orang dewasa dan 209 dollar Australia untuk anak itu, para peserta mendapat pengalaman naik balon udara di atas wilayah Gold Coast Hinterland (Pedalaman Gold Coast) dan menyantap sarapan di O'Reilly's Grand Homestead & Vineyard (rumah berpekarangan di tengah perkebunan anggur) di Canungra Valley Winery, di tenggara Gold Coast Hinterland.

Rombongan dijemput oleh pihak pengelola hot air balloning itu pukul 04.30 waktu setempat dengan semacam mini bus yang disebut limosin menuju ke padang rumput di kaki perbukitan dalam wilayah Gold Coast Hinterland. Dari situ balon udara diterbangkan. Agar nyaman ber-hot air balooning, para peserta diminta mengenakan sepatu tertutup bersol tipis, busana untuk kegiatan luar ruang, kacamata gelap, dan tutup kepala, serta memakai krim tabir surya.

Di sana, rombongan menyaksikan kru hot air ballooning mengembangkan balon udara dengan udara panas serta menyiapkan keranjang pembawa belasan penumpang dan seorang operator balon udara. Sang operator pun memberi petunjuk kepada rombongan mengenai hot air ballooning dari segi teknis dan aturan main bagi para penumpang.

Mulai pukul 07.00, perlahan-lahan balon udara diterbangkan. Selama 30 menit, para penumpang berada di ketinggian, menikmati kehangatan sinar matahari pagi, udara yang bersih, dan pemandangan elok di permukaan bumi, dari perbukitan, danau, hingga binatang-binatang.

Operator balon udara tersebut juga membagi informasi mengenai wilayah yang dilalui dan hot air balloning. Kata sang operator, ketika itu cuaca, termasuk kecepatan angin, sedang ramah sehingga hot air balloning bisa berjalan dengan mulus. "Karena cuaca tidak baik, pernah balon udara terpaksa mendarat di tempat yang bukan seharusnya," tutur operator tersebut.

Turun dari keranjang ketika balon udara sudah mendarat, Nino mengungkapkan bahwa ketakutannya akan ketinggian tetap ada. "Lihat kan tadi, muka saya pucat," ucapnya. Namun, akunya pula, ia menikmati ber-hot air ballooning. "It's beautiful," ucapnya lagi.

KOMPAS,com/ATI KAMIL Sesudah balon udara mendarat sempurna di padang rumput dalam wilayah Gold Coast Hinterland, Queensland, Australia, 17 April 2013, para penumpangnya diminta membantu mengempiskan, menggulung, dan memasukkan balon udara ke dalam kantong besar.
Sebelum meninggalkan tempat pendaratan balon udara, rombongan diminta oleh kru hot air balloning itu membantu mengempiskan, menggulung dan menyimpan balon udara dalam sebuah kantong besar. Karena padang rumput tersebut juga menjadi tempat hewan-hewan membuang kotoran, rombongan harus pandai-pandai melangkah, supaya tidak menginjak "ranjau darat" itu.

Selesai naik balon udara, setiap peserta menerima selembar sertifikat tanda mengikuti wisata itu. Para peserta kemudian juga diberi foto-foto yang memerlihatkan mereka sedang berada dalam keranjang balon udara dan melayang-layang di udara. Foto-foto itu dihasilkan dengan kamera otomatis yang digantungkan pada balon udara.

KOMPAS,com/ATI KAMIL O'Reilly's Grand Homestead & Vineyard, Gold Coast, Queensland, Australia
Dari tempat tersebut, rombongan diantar dengan kendaraan yang sama ke O'Reilly's Grand Homestead & Vineyard. Di beranda rumah di tengah kebun anggur yang dikelilingi pegunungan itu, rombongan menikmati sarapan pagi dengan menu barat, yang mencakup pilihan roti, sereal, kue kecil, telur, daging, buah, jus buah, teh, kopi, dan wine. Para pengunjung yang datang ke tempat itu juga bisa duduk-duduk di kursi-kursi di luar rumah tersebut, baik di pekarangan maupun di gazebo.

KOMPAS,com/ATI KAMIL Elvis Presley Boulevard ada di O'Reilly's Grand Homestead & Vineyard, Gold Coast, Queensland, Australia.
Rumah di tengah kebun anggur itu dibangun pada 1858 oleh Keluarga O'Reilly, yang berdarah Irlandia dan datang dari Warwick, Inggris. Pada 1989 rumah tersebut dipindahkan dari letak asalnya. Sesudah itu, letaknya tidak dipindahkan lagi. Restorasi dan perawaran dilakukan terus untuk memertahankan rupa rumah tersebut seperti aslinya. Banyak dari benda-benda kuno yang sampai sekarang ada di rumah itu memang berasal dari rumah tersebut dan juga direstorasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau