JAKARTA, KOMPAS.com — Perang terhadap aksi pembajakan terus digelorakan, tetapi aksi tersebut tak pernah surut di negeri ini, bahkan cenderung kian menjadi-jadi. Karena itu pula, grup band Slank bersama Menteri Perdagangan Republik Indonesia Gita Wirjawan terus mencari solusi jitu untuk menuntaskan masalah tersebut melalui satu pintu.
"Intinya kami baru berkenalan, ngobrol-ngobrol sama beliau yang enggak tahunya seorang musisi juga. Jadi, poinnya untuk melawan pembajakan itu bisa lewat satu pintu," ujar Bimbim (drum) mewakili Kaka (vokal), Abdee (gitar), Ridho (gitar), dan Ivan (bas) saat berbincang di markas Slank, Gang Potlot III, Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (2/8/2013) malam.
Satu pintu yang dimaksud Bimbim adalah peran serta secara penuh dari pemerintah yang nanti diharapkan bisa membantu meningkatkan keuntungan industri musik Indonesia yang sedang lesu.
"Satu pintu itu harus ada di pemerintah. Maksudnya nanti seperti tugas KCI bisa ditangani pemerintah. Jadi, seperti pemberian royalti itu bisa tertata baiklah," kata Bimbim.
Walau pembajakan belum bisa juga dikalahkan, menurut Abdee, musik Indonesia akan terus berkembang. "Dari segi kreativitas sangat maju dengan banyaknya artis baru yang muncul. Seniman Indonesia itu dikenal sangat keras perjuangannya walau belum ada hasilnya. Banyak record label yang tutup, tapi itu tidak mematahkan semangat musisi," ujar Abdee.
Namun, lanjut Abdee, para musisi itu harus bisa menerima kenyataan dalam kondisi industrinya yang sedang merosot. "Dari seluruh dunia memang Indonesia paling terkecil penghasilannya di industri musik. Ini butuh bantuan pemerintah. Pendapatan musisi hampir turun ke minus 80 persen. Ada yang mencoba dengan dibantu perusahaan ayam, tapi itu tidak membantu industri, hanya membantu musisi," jelasnya.
Sependapat dengan Abdee, bagi Gita, industri musik tak dapat dibiarkan terus lesu akibat pembajakan. "Menurut survei, belanja kebutuhan musik di Indonesia setahun itu minimal Rp 20.000 per orang," ujar Gita.
Padahal, terlepas dari pembajakan, industri musik Indonesia memiliki potensi besar jika bisa menggali kekayaan budayanya. "Karena itu, semua harus ditata, nah penataan ini modal besarnya adalah kekayaan budaya Indonesia. Saya yakin kita tidak perlu minder. Kita lihat Korea bisa meng-gangnam-kan diri, saya rasa Indonesia tidak ada alasan untuk tidak berkarya," papar Gita.
"Ini tinggal dipakai bagaimana kebudayaan ini tidak hanya dipakai di dalam negeri, tapi juga bisa bersinar di luar negeri," lanjutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.